Nama penyair Amir Hamzah Gali Khazanah mungkin sudah tidak asing lagi di telinga para penyair Tanah Air. Namanya telah diabadikan dalam banyak hal, mulai dari buku bacaan, taman, tugu, hingga buku-buku berkait sastra dan sejarah.
Bagi kamu yang belum begitu familiar dengan penyair legendaris ini, Skyegrid Media akan menceritakan sedikit mengenai sejarah Amir Hamzah dan peranannya dalam sastra di negara kita.
Siapa Amir Hamzah dan bagaimana kisah hidupnya?
Amir Hamzah adalah salah satu keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat, sebuah kerajaan yang pada masa Hindia Belanda terletak di Sumatera Timur (Sekarang Sumatera Utara).
Dengan karya-karya puisinya seperti Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941), Amir Hamzah menjadi seorang yang sedimikian penting dalam kesusasteraan Indonesia. H. B. Jassin bahkan menyebut Amir Hamzah sebagai “Raja Penyair Pujangga Baru.”
Dalam usianya yang masih 16 tahun, Amir Hamzah telah turut bersama-sama merumuskan konsep Sumpah Pemuda 1928 dan ikut andil membidani kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesdia (NKRI).
Baca juga: 5 Film Hollywood yang Tayang di Februari 2019
Sayangnya masa hidupnya harus berakhir tragis dengan disiksa dan dipancung. Tidak ada yang menyangka, pahlawan yang dikenal gigih mempersatukan bangsa ini harus mendapatkan perlakuan yang kejam dan akhir hidup yang tragis.
Berbagai sumber menyebut bahwa kematiannya didalangi oleh barisan Partai Komunis Indonesia (PKI) saat revolusi sosial pecah 1946 lalu. Pada tahun 1946 sebuah mobilisasi rakyat di Sumatera mengatasnamakan gerakan sosial rakyat dikomondoi oleh PKI.
Kekuasaan Amir dilucuti dan ia bersama keluarganya ditangkap pada 7 Maret 1946. Amir dan anggota keluarga Kesultanan Langkat dibawa ke sebuah tempat yang dikuasai faksi sosialis di Kwala Begumit, sekitar 10 kilometer dari Kota Binjai. Kesaksian yang muncul di kemudian hari menunjukkan bahwa tahanan itu termasuk Amir, diadili oleh para penculik. Mereka dipaksa menggali lubang dan disiksa.
Dalam buku Biografi-Sejarah Pujangga dan Pahlawan Nasional Amir Hamzah, yang disusun Tengku Haji M Lah Husny juga menceritakan, pada 7 Maret 1946 silam Amir Hamzah diculik dan dibawa ke sebuah rumah bekas tahanan kempetai (nama satuan polisi militer Jepang) di tepi Sungai Mencirim, Binjai.
Akan dipentaskan dalam teater
Sebagai bentuk penghormatan atas komitmen Amir Hamzah dalam mengangkat sastra Indonesia, Titimangsa Foundation didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation akan menggelar sebuah pementasan teater bertajuk Nyanyi Sunyi Revolusi.
Baca juga: Ini Karakter-karakter yang Muncul di Film Birds of Prey
Pementasan ini mengangkat kisah hidup Amir Hamzah, yang akan dipentaskan pada 2 dan 3 Februari 2019 di Gedung Kesenian Jakarta.
Naskah pementasan ini ditulis oleh Ahda Imran, salah satu penyair legendaris dengan karya luar biasa. Kisah Amir ini juga akan didukung oleh kreator-kreator yang sangat berpengalaman dalam berdedikasi di bidangnya.
Sementara itu, Iswadi Pratama, sutradara Teater ‘Satu Lampung’ akan mengarahkan jalannya cerita teater Nyanyi Sunyi revolusi. Sebagai seorang sutradara ternama, ia telah melanglang buana bersama Teater Satu di Jepang dan Australia.
Tak hanya itu, karyanya yang bertajuk Perempuan di Titik Nol dan Buried Child karya Sam Shepard dinobatkan sebagai tertunjukan teater terbaik Indonesia versi majalah Tempo di tahun 2008 silam.