Skyepod – Terpikir untuk membuat tato untuk orang tersayang? Sabar, baca ini dulu. Pernah mendengar Everence, perusahaan bioteknologi yang memungkinkan seseorang dapat menambahkan DNA dari sosok yang dicintai ke dalam tato? Ya, Everence mengambil sampel DNA untuk menyintesis zat yang dapat dicampurkan ke tinta tato. Dengan kata lain, seseorang dapat memiliki DNA dari sosok yang dicintai melalui tato di tubuhnya. Wow!
Ialah Patrick Duffy, pendiri Everence yang mengakui bahwa masih ada banyak pihak yang skeptis dengan teknologi yang dibuatnya..
“Pasti muncul keraguan (pada awalnya),” tutur Duffy. “Ada juga yang menganggap bohong atau palsu karena tidak cukup meluangkan waktu untuk membaca lebih lanjut terlebih dahulu.”
Duffy mengatakan, ide di balik Everence adalah untuk memberikan cara kepada seseorang agar dapat tetap terhubung secara emosional dan permanen. “Ini semua berawal dari koneksi emosional, hubungan tidak berwujud ke hal-hal yang membentuk maupun melumpuhkan kita,” tambahnya.
Boyd Renner, mitra dari Duffy yang merupakan mantan angkatan laut Amerika Serikat, sangat terinspirasi oleh istrinya yang menderita penyakit fibrosis sistik.
Baca juga: The International 2018: Turnamen Esports dengan Hadiah Terbesar di Dunia
“Ia rutin melakukan satu setengah jam perawatan di pagi hari, dan suka berlari kecil setelahnya,” ungkap Renner.
Dia mendapatkan sentuhan Everence dengan memasukkan DNA istrinya ke dalam desain tato yang bergambar unsur paru-paru, pohon, dan mawar. Dan, berhasil.
Sementara itu, petugas kepolisian Kota New York Johnny Walker yang menderita kanker usus besar stadium 4 mengatakan, bahwa ia menggunakan teknologi Everence untuk memasukkan DNA keluarganya ke tato sehingga membuatnya selalu merasa dekat dengan keluarganya saat ia menjalani kemoterapi.
“Dan jika kehidupan ini akan membawa saya ke tempat lain, saya tidak ingin pergi ke sana sendirian,” ucap Walker. “Saya ingin membawa keluarga saya bersama saya.”
Terkait teknologinya, Duffy mengungkapkan, Everence memiliki penasihat dari para ahli medis dan ilmiah, seperti Bruce Klitzman, profesor bedah di Duke University, dan Edith Mathiowitz, profesor ilmu kedokteran dan teknik di Brown University.
Duffy menambahkan bahwa Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat atau FDA (Food and Drug Administration) belum mengatur tinta tato secara sistematis. “Kami menjadi pelopor dan secara proaktif meminta regulasinya,” ucap Duffy.
Menggunakan ‘rambut atau abu’ bukanlah hal baru dalam pembuatan tato. Namun, tak sedikit seniman tato yang ragu untuk melakukannya.
Duffy berharap untuk bisa mengatasi kekhawatiran tersebut secara teknologi, yakni dengan memurnikan abu dan memperkecilnya menjadi ukuran partikel yang seragam, serta ekonomis, yakni dengan menawarkan asuransi jika muncul masalah.
Everence pun merekrut sekelompok seniman tato untuk dapat merealisasikan produk yang ditawarkan.
“Setiap seniman tato di dunia bisa membuatnya dengan hanya menambahkannya ke tinta tanpa peralatan khusus, pelatihan, atau materi,” ucap Duffy.
“Dan, itu membekas selamanya,” tambahnya.
Sintesis substansi DNA di Everence saat ini tersedia dalam bentuk preorder dengan harga US$295 (Rp4,1 juta). Bagaimana, minat?