Skyepod – State of Decay ternyata tak hanya menuai banyak pujian, tetapi juga kritikan. Apalagi yang bersuara adalah para gamer. Meski maksudnya baik, tapi terkadang terlalu jujur. Hehe, Apa benar sekuel game State of Decay 2 tak segila yang dibayangkan?
Faktanya, perkara pujian atau cacian tak membuat semangat Undead Labs surut. Sang pengembang memutuskan untuk merilis sekuel State of Decay 2 pada 22 Mei mendatang.
Memang, game terbitan Microsoft satu ini agak unik jika dibandingkan dengan game-game bertema zombie lain di pasaran.
Alih-alih menawarkan pengalaman menyusuri dunia penuh zombie sendirian (single player mode) atau bersama rekan (multiplayer mode), State of Decay mengajak gamer untuk bertahan hidup bersama sekelompok orang.
Mendapat kesempatan untuk menikmati State of Decay 2 sebelum tanggal rilis resmi, Matt Kamen dari Trusted Reviews berbagi pengalaman pertamanya memainkan game rancangan Richard Foge ini.
Menakjubkan? Sayangnya, penilaian Matt Kamen hanya berhenti pada poin 3,5 dari skala 5.
State of Decay 2 menawarkan area yang lebih luas untuk dijelajahi. Selain itu, upgrade mesin dari CryEngine ke Unreal Engine 4 menghasilkan kualitas visual yang lebih tajam dari sebelumnya.
Memang belum sebagus visual yang disuguhkan seri game Metro, tetapi tetap memanjakan mata.
Undead Labs tampaknya sangat mengetahui keunggulan State of Decay. Mereka memoles aspek grup survival yang merupakan sorotan dari game ini. Di mana setiap karakter diprogram untuk memiliki sifat, kemampuan, dan kelemahan yang berbeda. Hal ini menjadikan tiap karakter unik, dan dapat mempengaruhi kondisi grup nantinya.
Seorang karakter yang memiliki kemampuan menyembuhkan atau bertarung akan bermanfaat saat berhadapan dengan para zombie. Sedangkan, yang memiliki sifat pemarah akan meretakkan soliditas grup. Cukup menarik, bukan?
Namun sebenarnya, hal ini justru berpotensi menjadi bumerang bagi State of Decay 2.
Undead Labs menyelipkan tugas-tugas survival yang terlalu mendetil, sehingga fokus game teralihkan dari menumpas para zombie. Bagi kamu pemuja game bergenre action, hal ini akan membuatmu cukup bosan.
Sebenarnya, para pengembang telah mengakalinya dengan membuat misi-misi survival sehingga terlihat lebih menegangkan, seperti berburu obat penawar infeksi “Blood Plague” di sarang-sarang zombie yang gelap dan menyeramkan.
Sayang, keseruannya hanya sampai di situ saja. Karena, ternyata Kamen menemukan bahwa menghadapi zombie secara langsung di game ini cukup membuat frustasi. Menyelinap di antara mereka malah terasa lebih efektif. Yah, satu poin action berkurang untuk State of Decay 2.
Meskipun demikian, aspek survival dalam State of Decay 2 benar-benar digarap dengan matang. Gamer akan menemukan lebih banyak hal lain untuk dilakukan selain menghadapi zombie-zombie ganas.
Dan buat gamer yang jenuh dengan plot game zombie yang relatif seragam, State of Decay 2 bisa menjadi opsi yang ditunggu-tunggu. Penasaran? Main dong!