Saat ini, untuk menekan biaya riset, banyak produk laptop gaming yang dibuat dengan satu (1) blueprint saja. Akhirnya, satu barebone bisa digunakan oleh banyak sekali SKU dengan spesifikasi yang beragam.
Untuk mengatasi panas pada spesifikasi yang tidak terlalu tinggi, mungkin kapasitas sistem pendingin yang ada dalam blueprint utama masih mumpuni. Tapi ketika SKU lain, dengan spesifikasi yang lebih tinggi tetap menggunakan kapasitas pendingin identik, hasilnya tentu saja tidak baik untuk proses pendinginan.
Sistem pendingin yang baik untuk laptop seharusnya menyesuaikan derajat panas tertinggi yang mungkin dialami komponen aktif, dalam hal ini CPU dan GPU. Sekalipun CPU maupun GPU punya sistem proteksi akan overheat, tapi antisipasi ke arah itu, seyogyanya sudah diperhitungkan. Hingga kemungkinan terjadinya FPS drop, bisa ditekan seminim mungkin.
Ambil contoh, sebuah prosesor memiliki TDP 15 Watt. Artinya saat bekerja maksimal, ia diseting melepas panas sekitar 15 Watt. Maksimal di sini bisa diartikan, CPU (beserta chip grafis bawaan) bekerja dengan clockspeed tertingginya.
Baca juga: Tips Gamer: Panduan Membeli Laptop Gaming Bekas
Jika dalam waktu beberapa saat panas tidak bisa ditahan oleh sistem pendingin, sistem proteksi akan otomatis menurunkan clockspeed ke angka yang aman bagi CPU, agar bisa tetap bekerja.
Dilema antara dimensi dan sistem pendingin yang powerfull
Pertimbangan sang pembuat laptop untuk meminimalisasi ukuran sistem pendingin, umumnya karena sasis tidak menyediakan ruang yang cukup. Produk seperti gaming ultrabook, rentan akan isu seperti ini. Ambil contoh, Aorus dari Gigabyte, atau Razer Blade.
Di sinilah kelapangan hati para pengguna di harapkan hadir. Karena sang pabrikan berharap, pengguna memaklumi atas pay-off sebuah gaming ultrabook yang tidak mungkin mampu menghadirkan sistem pendingin yang optimal.
Seringkali kita temukan, sistem secara otomatis membatasi clockspeed prosesor saat temperatur mencapai suhu tertentu. Misalkan saat bermain game dengan seting grafis tinggi dan dalam waktu yang lama.
Jadi, pendingin laptop yang baik seperti apa sih?
Pertama, kamu harus ikhlaskan diri untuk menyadari kenyataan bahwa, laptop dengan performa tinggi, butuh sistem pendingin yang mumpuni.
Saat ini, ada laptop dengan teknologi pendingin moderen seperti Vapor Chamber yang punya daya pendinginan lebih baik dari kombinasi heatsink, heatpipe dan sepasang kipas. Dan teknologi Vapor chamber bisa diselipkan pada laptop yang tipis bahkan sebuah smartphone sekalipun.
Baca juga: Asus ROG Phone pakai Vapor Chamber, Faedah atau UnFaedah?
Tapi pay-off nya, harga laptop dengan Vapor chamber masih terhitung tinggi bagi sebagian calon pengguna. Dan juga, Vapor chamber ditenggarai jadi salah satu sparepart yang langka di masa-masa garansi sudah berlalu.
Hadeuh, jadi gimana min?
Jika kamu pengguna antusias yang mengerti bongkar pasang laptop, ruang gerak sedikit lebih besar. Karena kamu harusnya berani mengganti thermal paste dengan yang lebih baik. Tapi jika kamu sama sekali tidak mengerti dan tidak berani melakukan penggantian thermal paste, sebaiknya pilih laptop dengan dimensi yang lebih tebal karena lebih menjanjikan sistem pendingin yang lebih baik. Minimal, ruang sirkulasi yang lebih layak.
Atau, jika kamu tetap lebih memprioritaskan dimensi yang tipis, kamu harus mengikhlaskan durasi bermain kamu. Selain tentunya, melihat berbagai review seputar laptop incaran khususnya bagian pendinginnya.
Laptop gaming terbaru saat ini, sudah mulai memprioritaskan pengembangan sistem pendingin yang baik sebagai langkah strategis menarik perhatian calon pengguna. Ada yang memperbanyak jumlah heatpipe, ada yang menambah lubang exhaust, dan yang paling advance menambah jumlah baling-baling kipas dengan terlebih dahulu membuat tipis ketebalan tiap baling-baling.
Semoga bermanfaat 😉
Mantap infonya. Thx
Kalau mau ganti kipas yg lebih besar, memungkinkan gak?