Prosesor jenis ULV atau Ultra Low Voltage belakangan dikenal semakin powerful tapi efisien. Jumlah core yang lebih banyak, namun hanya sedikit mengonsumsi daya. Fakta itulah yang kemudian dikait-kaitkan dengan peningkatan performa gaming processor tersebut.
Padahal, sudah jelas, sejak awal prosesor ULV disebut “haram” untuk gaming. Kenapa?
Latar Belakang
Pemicu awal bukan dari calon pengguna itu sendiri, melainkan dari pendekatan yang dilakukan vendor notebook akhir-akhir ini, yang seringkali menyalahi filosofi awal dari diciptakannya processor jenis ULV yang menjadi “otak” notebook mereka. Yang mana pada akhirnya, menumbuhkan ekspektasi menyimpang calon pengguna.
Nah, yang paling sering terjadi, mereka malah menggunakan karakter game sebagai ornamen pada kampanye produk mereka yang dibekali processor ULV. Duh!
Padaha ini sama halnya seperti makhluk hidup, yang diciptakan berbeda-beda sesuai karakter geografis alamnya. Unta mampu menyimpan air sangat banyak untuk antisipasi sulitnya sumber air di gurun, atau koala yang seringkali ditemukan tertidur untuk menghemat energi.
Begitu pun prosesor ULV, sejak awal diciptakan untuk pengguna yang lebih membutuhkan efisiensi daya dan hanya sesekali –dalam waktu terbatas– menggunakan performa penuh si prosesor.
Pengertian, Fungsi dan Cara Kerja TDP (Thermal Design Power)
TDP bukan semata-mata masalah konsumsi daya, tetapi lebih kepada batas aman yang menjaga prosesor agar tidak lepas kontrol ketika bekerja. Jika TDP tidak membatasi hal ini, maka prosesor akan menjadi terlalu panas, hingga akhirnya merusak dirinya sendiri.
Dalam kondisi thermal yang normal, sebuah processor ULV mampu berlari pada clockspeed tinggi seperti halnya processor ber-TDP reguler. Saat ia mengeluarkan performa puncaknya tadi, otomatis panas yang ia alami juga akan meningkat.
Saat panas sudah terlalu tinggi, sistem pengaman TDP akan memerintahkan prosesor untuk menurunkan kecepatan hingga panas yang ia alami turun ke titik aman tertentu. Nah, saat itulah pengguna merasakan “nge-lag” atau situasi di mana proses komputasi terasa tidak responsif.
Kencang Sesaat
Memang betul, prosesor ULV punya kemampuan untuk berlari kencang, lebih cepat dalam menyelesaikan tugas. Tapi, tunggu dulu. Perlu diingat, performa tingginya tadi tidak bisa bertahan dalam waktu lama. Kecuali ia dijaga oleh sistem pendingin yang mumpuni, yang mana membutuhkan luas penampang yang tidak sedikit pada laptop.
Demi mempertahankan dimensi yang ringkas dan bobot yang ringan, tidak banyak yang bisa dilakukan vendor untuk meningkatkan kemampuan sistem pendingin di laptop berbekal ULV.
Teknologi paling gres untuk sistem pendingin yang efektif di sasis sebuah ultrabook adalah dengan metode Vapor Chamber. HP Spectre merupakan salah satu ultrabook yang sudah menerapkan metode pendingin Vapor Chamber ini.
Sekilas tentang Vapor Chamber, teknologi ini memanfaatkan cairan khusus yang akan berubah menjadi uap pada level suhu tertentu. Setelah mengalami proses pendinginan, ia kembali menjadi cairan.
TDP Throttling
Lalu, bagaimana jika processor jenis ULV ini dipaksakan untuk menjalankan aplikasi game? Sudah pasti laptop akan cepat panas.
Dan, saat panasnya sudah mencapai batas yang ditentukan TDP, sistem bernama dynamic frequency scaling akan secara otomatis menurunkan CPU clock.
Walhasil, FPS pada game akan drop bahkan sistem bisa saja force reboot.
Sejatinya, pengguna bisa melakukan modifikasi untuk menahan throttling lebih lama. Tapi, itu butuh pemahaman dasar khusus yang bisa kita bahas pada artikel yang berbeda.
Secara teori, prosesor kelas performa dapat bertahan empat kali lebih lama dalam kondisi full performance, dibanding versi ULV. Ini membuatnya lebih cocok untuk gaming. Sebab itu, laptop yang benar-benar didaulat sebagai laptop gaming sering menggunakan prosesor jenis high performance ini.
Semoga bermanfaat.