
Memang secara resmi, Asus Zenfone 6 belum bisa dibeli di Indonesia. Karena itulah, saya coba memberi sedikit insight tentang kelebihan smartphone ini dibanding kompetitornya,- dengan sebuah unit review Asus Zenfone 6 dari tim Asus Indonesia.
Dalam konten review ini, tidak ada informasi harga yang resmi. Adapun angka yang saya lampirkan, merupakan hasil kalkulasi personal, dari harga yang berlaku di pasaran elektronik China, dikalikan rate yang berlaku.
- UI Lebih Ringan
Asus Zenfone 6 hadir dengan OS Android Pie berlapis ZenUI 6 yang terasa sekali lebih ringan,- bahkan hampir menyerupai stock Android. Ini membuat user experience menggunakan Zenfone 6 ini selayaknya stock android pada Zenfone Max series,- tanpa kehilangan fitur – fitur andalan ZenUI.
Kamu akan tetap temukan fitur – fitur seperti Shortcut Letter gesture yang memungkinkan pengguna mengakses sebuah aplikasi hanya dengan mengguratkan 1 huruf di layar yang sedang dalam keadaan off.
Glove Mode, One-Hand Operation, Tap-to-wake, dan twin-apps juga masih bisa kita manfaatkan. Dan satu lag, ada satu fitur yang sangat berguna dan sudah sangat saya tunggu yakni, integrated Screen Recorder. Bahkan Asus membuat fitur ini sangat mudah diakses dengan menempatkannya di quick togle.
Oh iya, satu lagi. Zenfone 6 masih menawarkan FM Radio yang sudah langka di temukan di Smartphone Android moderen saat ini. Seperti biasa, pengguna bisa mengaksesnya dari Quick Togle yang sama dengan Screen Recorder.
Tapi sayangnya, opsi kustomisasinya jauh berkurang. Di ZenUI 6, tidak terdapat lagi opsi untuk menggonta – ganti theme yang sebelumnya bisa didownload secara cuma – cuma,- walau ada juga yang berbayar.
- LCD HDR 10 dan DCI-P3
Ada plus minus sebenarnya di sisi LCD Zenfone 6. Plusnya, punya brightness level yang tergolong tinggi di kelasnya, hingga 600 nits. LCD IPS beresolusi 2340 x 1080p pada Zenfone 6 juga sudah mendukung HDR 10 dan menggunakan standar DCI-P3 yang menawarkan color gamut lebih luas dibanding panel LCD dengan standar sRGB. Fitur ini mendukung kemampuan sensor camera yang sudah mendukung RAW format.
Poin minusnya, atau sebenarnya hal yang membuat Zenfone 6 ini akan dicibir oleh the All mighty Netizen adalah, smartphone ini belum menawarkan panel AMOLED. Walau menurut saya, bukan juga sebuah poin minus, jika kita tahu benefit sebuah panel IPS dibanding AMOLED.
OLED dan keturunannya seperti kita ketahui, punya kecerahan layar sekaligus contrast warna yang tinggi, tapi mengkonsumsi daya yang relatif rendah. Tapi OLED juga hadir bukan tanpa kekurangan. Karakteristiknya yang ringkih dan sensitif terhadap suhu, terutama saat dipakai terus menerus menampilkan konten video yang punya detail gambar tinggi seperti HDR 10 misalnya, seringkali membuat LCDnya cacat, atau burn-out.
- Camera UI yang Simple
Jika sebelumnya kamu pengguna smartphone Asus, pasti kamu akan merasa perlu ada sedikit penyesuaian. Kali ini UI apliaksi Kamera hadir lebih simple dan mudah digunakan,- bahkan untuk pengguna yang baru menggunakan Android atau pengguna usia lanjut. Deretan menu yang dihadirkan kini dibuat berbaris di sisi kanan, yang memudahkan pengguna untuk berpindah mode, hanya dengan menggeser atas bawah.
Tapi ada yang tidak berubah yakni susunan menu di mode Manual. Pengguna tetap akan mendapatkan pengaturan manual untuk White Balance, EV, ISO, Shutter Speed dan focus.
- Vlogging Certified Camera
Setup camera Asus Zenfone 6, yang bisa bertransformasi menjadi Selfie Camera dengan fitur Flip Camera
Spesifikasi sensor kamera yang digunakan adalah Sony IMX 586 yang memang, sudah cukup umum digunakan di smartphone kelas mid-end sekalipun. Tapi yang menarik, Asus menerapkan konsep Instant cameras switching lewat metode Flip Camera yang memungkinkan kamera belakang berperan ganda sebagai kamera depan.
Dengan sensor 1/2.0”, 0.8 µm pixel size beresolusi 48MP, wajar jika Asus Zenfone 6 jadi salah satu Smartphone Selfie terbaik yang ada saat ini. Begitupun untuk kebutuhan Vlogging yang menuntut hadirnya OIS secara hardware. Sebagai informasi, Zenfone 6 juga menanamkan Gyro-EIS video stabilization untuk memperhalus hasil tangkapan video.
Jadi, untuk yang mau mulai Vloging, kamu dapat kandidat baru nih.
Saya sendiri belum bisa menganalisa terlalu dalam tentang kemampuan sebuah sensor kamera. Tapi dari pengalaman saya me-review Smartphone, Sony IMX 586 dengan Quad Bayer technology – 12MP, 1.6 µm large effective pixel size ini, sangat bisa saya andalkan untuk mengabadikan momen – momen mendadak, hingga merekam footage untuk review hardware.
Untuk hasil tangkapan video, mohon tunggu versi video review-nya ya. Biar lebih live gitu.
- Material & Kenyaman Pakai
Bicara tentang material, Asus Zenfone 6 yang hadir dalam tiga (3) pilihan warna yaitu, Twilight Silver, Midnight Black, dan Matte Black ini sudah cukup sesuai dengan target market yang disasar. Frame dari Aluminum, dipadu material kaca dibagian depan dan belakang, plus lengkungan di sisi cover belakang, menjadikan smartphone dengan harga estimasi 9 juta rupiah ini nyaman digenggam.
Hal yang kurang menurut saya adalah, kecepatan mengambil foto selfie karena adanya proses perpindahan posisi sensor. Tapi pengguna akan mendapatkan sisi muka yang penuh dengan LCD dengan Screen-to-Body ratio mencapai 92%.
- Dual SIM + MicroSD slot
Hal unik lain yang ada pada Zenfone 6 ini adalah SIM Tray yang mendukung penggunaan dua SIM Card plus Micro SD hingga 2 TB. Hal ini amat sangat jarang ditemui di smartphone kelas atas.
Sedangkan untuk penyimpanan internal, Zenfone 6 sudah menggunakan teknologi EFS 2.1 yang jauh lebih responsif dibanding eMMC 5, layaknya SSD di laptop, dengan pilihan kapasitas 64 GB, 128 GB dan 256 GB.
Untuk spesifkasi modemnya sendiri, Asus Zenfone 6 ini dibekali modem 4G CAT 18 DL 5CA 4×4 MIMO dengan transfer rate hingga 1.2Gbps, yang masuk kategori flagship (Gigabit WiFi).
Tak jauh dari posisi slot SIM-Tray, bisa kita temukan tombol Google Assistant untuk interaksi lebih cepat lewat voice command. Tak saya temukan kendala saya mencoba menggunakan fitur ini, terutama saat sedang bosan menemukan icon di tumpukan Drawer.
- Kapasitas Battery Ekstra Besar
Kapasitas 5000 mAH mungkin bukan sesuatu yang spektakuler saat ini. Beberapa smartphone Android sudah ada yang menawarkan kapasitas battery hingga 6000 mAh lebih,- terlepas dari real capacity atau tidak. Salah satunya sang kakak, ROG Phone II (6000 mAh).
Klaim yang diberikan Asus untuk ketahanan battery, terutama untuk penggunaan menjelajah web menggunakan Wi-Fi, mencapai 21 jam. Angka ini nampaknya terbukti lewat test benchmark yang saya lakukan dimana, unit review Asus Zenfone 6 ini mencapai 18 jam lebih. Sebagai info, PCMark Work mensimulasikan tak hanya kompuitasi browsing, tapi juga simulasi rendering, video conference, dan lain – lain.
Namun ada konsekwensi yang harus diterima pengguna yakni, bobot smartphone ini yang mencapai 190 gram. Berat? Tunggu sebentar. Setelah saya mencari info pembanding, ternyata angka ini termasuk standar jika kita melihat produk lain yang sama – sama menggunakan Snapdragon 855 dan battery 5000 mAH. Misalnya, ZTE Nubia Red Magic 3 (210g).
Proses charging yang saya lakukan dalam keadaan smartphone ini stand-by, terbukti juga cukup cepat. Proses charging saya mulai dari kapasitas 16% pada jam 11:08, dan saya cabut dari charger bawaan berdaya 18 watt pada jam 12:43 dengan posisi kapasitas battery terisi 94%. Artinya, dalam waktu 1 jam 35 menit, unit review Asus Zenfone 6 ini terisi 78%.
- NFC
Jika kalian lihat banyak smartphone dari brand baru yang hadir akhir – akhir ini, banyak yang belum menawarkan NFC,- sekalipun dibanderol diangka lebih dari 5 juta. NFC sendiri amat dibutuhkan akhir – akhir ini, terutama untuk mendukung era penggunaan uang digital. Dan Asus nampak lebih mengerti hal ini dibanding brand asal China.
Btw, untuk kamu yang mencari smartphone Android murah yang menawarkan fitur NFC, bisa simak artikel berikut.
- Bluetooth 5 dengan aptX HD
Untuk koneksi wireless lain, Zenfone 6 ini membawa adapter WLAN 802.11 ac dual-band 2.4GHz / 5GHz dan Bluetooth 5.0 yang mendukung aptX juga aptX HD. aptX sendiri merupakan fitur yang akan meningkatkan pengalaman audio berkualitas tinggi (Hi-Res) tanpa kabel dengan mengunakan headphone yang mendukung.
Perlu diingat, beberapa smartphone yang “sok – sok” an menghilangkan Audio port, bahkan tak memikirkan fitur ini untuk menggantikan experience yang hilang dari penggunaan headphone kabel. Sekalipun smartphone tersebut menggunakan SoC yang lebih tinggi, seperti ZTE Nubia Z20 dengan Snapdragon 855+ nya. Miris..
- Performa – Layak-kah di jadikan alasan upgrade dari Snapdragon 845?
Snapdragon 855 memiliki beberapa keunggulan dibanding Snapdragon 845 tahun lalu. Pertama tentu saja fabrikasi yang kini menggukan 7 nm. Ini memungkinkan Qualcomm memasukan lebih banyak transistor aktif dalam ukuran die yang sama. Tujuannya untuk mendapatkan peningkatan performa, tanpa harus menghisap lebih banyak daya. Intinya adalah efisiensi.
855 VS 845 VS 835
Item | Snapdragon 855 | Snapdragon 845 | Snapdragon 835 |
---|---|---|---|
CPU Core | Semi-custom ARM Cortex – Kryo 485 | Semi-custom ARM Cortex – Kryo 385 | Semi-custom ARM Cortex – Kryo 280 |
CPU Config | 1x 2.84GHz (Cortex A76) 3x 2.42GHz (Cortex A76) 4x 1.8GHz (Cortex-A55) | 4x 2.8GHz (Cortex-A75) 4x 1.7GHz (Cortex-A55) | 4x 2.45GHz (Cortex-A73) 4x 1.9GHz (Cortex-A53) |
GPU | Adreno 640 | Adreno 630 | Adreno 540 |
DSP | Hexagon 690 | Hexagon 685 with HVX | Hexagon 682 with HVX |
Process | 7nm FinFET | 10nm LPP FinFET | 10nm LPE FinFET |
Camera support | 48MP single / 24MP dual Hybrid AF, HDR video. multi-frame noise reduction | 32MP single / 16MP dual Hybrid AF, HDR video. multi-frame noise reduction | 32MP single / 16MP dual Hybrid AF, HDR video |
Video capture | 4K UHD, HDR @ 60fps | 4K UHD @ 60fps | 4K UHD @ 30fps |
Video playback | 8K, 360 degree, 4K up to 120fps, 10-bit, H.265 and VP9 video decoder | 4K UHD @ 60fps, 10-bit H.264 (AVC) and H.265 (HEVC) | 4K UHD @ 60fps, 10-bit H.264 (AVC) and H.265 (HEVC) |
Charging | Quick Charge 4+ | Quick Charge 4+ | Quick Charge 4.0 |
Modem | X24 LTE 2000 Mbps down 316 Mbps up | x20 LTE 1200 Mbps down 150 Mbps up | X16 LTE 1000 Mbps down 150 Mbps up |
Tapi apakah hanya efisiensi nilai jual dari fabrikasi 7 nm ini? Tentu saja tidak. Seperti kamu bisa lihat pada tabel di atas, Snapdragon 855 kini menggunakan konfigurasi yang sedikit berbeda untuk High Performance Core (A76) dan Eficiency Core – nya (A55). Kini, hanya satu core A76 yang dibuat bisa bekerja hingga 2,84 GHz, sedang 3 lainnya hanya bisa floating hingga 2,42 GHz.
Snapdragon 855 juga kini memungkinkan pengguna memutar film beresolusi 8K, dan kemampuan downstream hingga 2 gbps dengan modem X24 LTE nya. Tapi sayang, poin terakhir ini belum di manfaatkan oleh Asus pada Zenfone 6 ini. Snapdragon 855 juga kini memungkinkan pengguna memutar film beresolusi 8K, dan kemampuan downstream hingga 2 gbps dengan modem X24 LTE nya. Tapi sayang, poin terakhir ini belum di manfaatkan oleh Asus pada Zenfone 6 ini.
Melihat skor yang dihasilkan, tidak ada yang abnormal pada kerja SoC Qualcomm Snapdragon 855 dalam Zenfone 6 ini. Untuk itu, di sini saya akan coba hadirkan pengamatan saya pada performa berbanding konsistensi sistem pendingin yang diberikan Asus untuk Snapdragon 855 dalam Zenfone 6 ini.
Baik log yang digenerate oleh aplikasi 3D Mark, maupun test gaming yang saya lakukan, memperlihatkan fabrikasi 7 nm menawarkan performa yang mirip dengan Snapdragon 845, namun jauh lebih sedikit dalam menghisap daya. Otomatis, panas yang dilepas jauh lebih minim.
- Unique
Menurut saya, Asus Zenfone 6 merupakan gabungan dari dua lini smartphone Asus yakni seri Zenfone dan Zenfone Max. Spesifikasi kelas flagship, ZenUI, opsi inter-koneksi kelas atas, kualitas sensor kamera dan material high-end ciri khas Zenfone, dipadukan dengan kapasitas battery besar ciri khas Zenfone Max.
Upgrade yang dibawa Snapdragon 855 dibanding 845 menurut saya juga cukup menggiurkan terutama untuk kebutuhan multimedia dan gaming. Dengan paduan spesifikasi, koneksi, kapasitas battery, kualitas material dan UI yang lebih ringan, saya yakin Zenfone 6 ini sayang untuk kamu abaikan begitu saja.
Nyari apa lagi coba?
