
Makhluk hidup memang diwajibkan untuk selalu menjaga hubungan baik antar sesamanya, bahkan dengan alam semesta. Dan hal ini jugalah yang ingin saya ceritakan dalam review film Abominable, kali ini.
- PLOT
Yi (Chloe Bennet), adalah seorang gadis remaja yang sejatinya menyukai petualangan. Sesuatu yang diturunkan oleh ayahnya, yang menghendaki suatu saat Yi punya kesempatan menjelajahi tempat – tempat indah di seluruh dunia.
Suatu ketika, Yi menemukan seekor Yeti muda di atap gedung apartemennya. Yi dan temannya, Jin (Tenzing Norgay Trainor), dan sepupunya, Peng (Albert Tsai), sepakat untuk memberi nama “Everest” untuk si Yeti muda tadi.
Hingga akhirnya mereka semakin akrab, dan mulai melakukan perjalanan tak terlupakan, untuk menyatukan kembali Yeti si makhluk ajaib, dengan keluarganya yang tinggal di puncak bumi tertinggi.
Baca juga: Shaun the Sheep Movie: Farmageddon
Setelah berpamitan dengan ibunda Yi (Michelle Wong) dan neneknya, Nai Nai (Tsai Chin), ketiganya bergegas pergi untuk lebih dulu tiba dibanding Burnish (Eddie Izzard), seorang pengusaha kaya yang berniat mengkoleksi Yeti, yang Ia sangka pernah membahayakannya di waktu muda. Dibantu Dr. Zara (Sarah Paulson), seorang ahli zoologi yang ternyata punya niat lebih kejam dari Burnish.
- Karakter
Sang director Jill Culton, menggambarkan Yi sebagai seorang gadis tomboy yang tak pernah mempermasalahkan dandanan, atau harus tidur dimana Ia malam ini. Untuk menaikan argumen, Culton menghadirkan Jin yang fashionable skeptis dan sangat concern akan penampilan seorang gadis muda seperti Yi.
Sedangkan Everest, digambarkan sebagai Yeti muda berumur sekitar 9 tahun, yang mana memiliki pemikiran yang mirip dengan seorang manusia pada usia ini,-dengan rasa penasaran yang besar dan menyukai hal – hal berbau permainan. Everest yang juga belum menyadari bahwa Ia bisa menjadi monster tiba – tiba, hanya karena perubahan emosi.
Penggambaran profil karakter dibuat cukup detail namun ringkas. Harus saya akui, pada akhirnya Culton berhasil menyatukan semua karakter saling berhubungan dalam narasi.
- Audio & Visual
Jika kamu penggemar How to train Your Dragon, kamu akan kembali mendapatkan visualisasi magis yang seolah – olah melibatkan kehadiran kita dalam cerita. Penyusunan gambar dan suara seolah terjadi dekat dengan penonton. Sekali lagi, Culton berhasil membuktikan bahwa Ia pantas menjadi animator wanita spesialis film berdana besar.
Penonton juga bisa merasakan perasaan yang sama dengan Everest, saat mendengar suara dari biola yang dimainkan Yi. Secara keseluruhan, film ini membuktikan bahwa sebuah film animasi – pun bisa mengaduk – aduk perasaan penonton tanpa visualisasi seorang manusia nyata.
Baca juga: Danur 3 : Sunyaruri
- Unique
Selain kualitas animasi, visual dan audionya, film ini hadir dengan banyak pesan moral yang mengingatkan kita akan pentingnya dukungan sebuah keluarga.
Selama menulis review film Abominable inipun, saya terus mengingat bagaimana sang director menjadikan Yi dan keluarganya, menjalin hubungan ala keluarga dari Shanghai yang sangat menjunjung nilai – nilai ketimuran. Ini membangkitkan kenangan bagi saya, dan mungkin para penonton lain, tentang masa muda yang penuh aturan.
Film yang easy going dan cocok untuk semua kalangan ini akan mulai tayang di seluruh bioskop tanah air mulai 4 Oktober.
