
Kalau kamu generasi 80 dan 90an, pastinya kedua film Bill & Ted pernah menjadi bagian masa kecil indah kalian.
Ya film pertamanya, Bill & Ted’s Excellent Adventure (1989) sukses membuat kita terpukau dan terpingkal sendiri. Sekuelnya, Bill & Ted’s Bogus Journey (1991), walau kisahnya tidak se-excellent film pertamanya, masih sukses membuat kita tersenyum.
Melihat status cult kedua filmnya tersebut, maka gak heran jika kita menjadi was-was ketika dalam beberapa tahun terakhir mendengar film ketiganya akan dibuat.
Akankah masih tetap “excellent?” dan yang lebih penting, apakah kedua aktor utama pemeran Bill & Ted-nya: Alex Winter dan Keanu Reeves, masih bisa “party-on rocking” seperti 30 tahun yang lalu?
Baca juga: Review Film Host
Alur Cerita
Berlatar kurang lebih 25 tahun setelah Bogus Journey, kedua sahabat gokil nan nge-rock, Bill Preston (Winter) dan Ted Logan (Reeves), kini sudah berada di usia paruh baya dan, masing-masing sudah memiliki anak. Spesifiknya masing-masing memiliki putri remaja: Thea Preston (Samara Weaving) dan Billie Logan (Brigette Lundy-Paine).
Namun walau sudah sangat berumur, keduanya (terutama) Ted, masih saja bertekad kuat untuk memenuhi “takdir” keduanya yaitu, menyelamatkan sekaligus menyatukan dunia.
Alhasil ketekadan tersebut membuat kehidupan keluarga masing-masing menjadi kacau balau. Tapi memang ada benarnya juga mereka masih berfokus pada tujuan ngelenyeh tersebut. Karena keadaan tatanan dunia, kini dalam ambang kehancuran.
Dan faktanya seperti yang telah ditakdirkan selama 3 dekade belakangan, hanya melalui karya musik keren keduanya, tatanan dunia bisa kembali seperti sedia kala. Bill & Ted pun kini hanya memiliki waktu beberapa jam saja untuk menciptakan lagu pencegah kehancuran dunianya.
Di saat yang sama, Thea & Billie yang gak sengaja melihat dan mengetahui situasi yang sedang terjadi, lantas berinisiatif untuk membantu kedua ayah mereka. Jadi, akankah keempatnya berhasil?
Bagi kamu yang mungkin belum pernah menyaksikan kedua film sebelumnya, pastinya ketika membaca plot ini, langsung merasa cringe sendiri. Dan kami memaklumi. Tapi ya seperti inilah konsep kisah trilogi yang kerap dianggap sebagai film komedi stoner ini.
Super ngelenyeh, super tidak logis, dan gila banget. Tapi ya justru ciri khas inilah yang membuat serinya begitu dikenang hingga detik ini. Dan walau awalnya, plot filmnya terasa “maksa”, tapi ketika disaksikan, faktanya masih terlihat logis dan pas.
Kedua penulis naskah sekaligus kreator dunia gila ini, Chris Matheson & Ed Solomon bisa dikatakan sangat mawas dan tanggap dengan keadaan sekitar. Spesifiknya, kekhawatiran fans terhadap “pelestarian” brand franchise-nya ini.
Alhasil dengan tingkat ketanggapan yang sangat keren tersebut, kisah Bill & Ted: Face the Music walau memiliki plot yang jauh lebih fresh (hampir mirip seperti film stand alone), masih sukses memuaskan seluruh fans-nya. Fans dijamin serasa seperti balik ke Excellent Adventure lagi ketika menyaksikan filmnya.
Tapi di saat yang sama kerennya, bagi mereka yang awam atau baru menonton, mereka tidak akan merasa ter-alienasi. Bahkan kami jamin, mereka setelah menyaksikan Bill & Ted: Face the Music, bakalan langsung ingin menyaksikan kedua film sebelumnya.
Baca juga: Apakah Ada Game Terbaru Sonic the Hedgehog? Ini Kata SEGA
Karakter
Bisa dikatakan untuk memaksimalan karakter-karakternya, Bill & Ted: Face the Music sudah oke banget membagi jatah porsinya. Bill, Ted dan kedua putrinya, mendapatkan jatah yang paling dominan. Wajar karena memang film-nya berfokus pada keempat karakter tersebut.
Walau demikian, untungnya karakter favorit, Death (William Sadler), walau hanya mendapatkan porsinya di bagian pertengahan akhir, tetap memiliki treatment karakter yang keren dan sangat integral terhadap plot-nya.
Bahkan karakter-karakter peramai suasana seperti The Great Leader (Holland Taylor) dan seluruh aktor-aktor yang memerankan musisi legendaris (yap termasuk rapper Kid Cudi) pun, mendpaatkan jatah peran yang pas.
Oh ya satu lagi pemeran Victor Zsasz di seri Gotham, Anthony Carrigan yang memerankan robot yang ditugaskan untuk membunuh Bill & Ted pun, juga mendapatkan screen time yang lucu dan memorable.
Yang sangat disayangkan adalah karakter kedua istri mereka beserta plot permasalahan pernikahan yang dialami mereka dengan Bill & Ted. Pasalnya, karena filmnya lebih ingin berfokus pada plot penyelematan dunianya, alhasil keduanya berakhir sebagai pemanis saja.
Pemeran
Seperti yang telah disinggung di awal, salah satu kekhawatiran fans ketika ingin menyaksikan Face the Music, adalah kemampuan Winter & Reeves untuk bisa kembali menghidupkan karakter masing-masing nya.
Terlebih Reeves yang seperti kita tahu, pasca Bogus Journey, sukses ber-transisi ke aktor dramatik dan action. Tapi bisa kami katakan, ketika Reeves kembali ke karakter stoner dungu-nya ini, sosok Neo, Johnny Memonic, bahkan John Wick, langsung hilang.
Reeves adalah 100% Ted Logan. Ya memang mungkin tidak se-liar seperti 3 dekade lalu. Tapi Reeves masihlah terlihat keren dan asyik banget. Sedangkan untuk Winter, gak usah ditanya. Ia masih sukses banget menjadi sosok Bill. Bahkan kalau mau dibandingkan, adalah Bill-nya Winter yang masih terlihat sama saja seperti ketika kiat melihatnya pertama kali 3 dekade yang lalu.
Chemistry Reeves dan Winter pun juga gak perlu ditanya. Mereka memang dari awal sukses terpilih karena alasan yang pas lagi tepat. Yaitu, keduanya memiliki chemistry yang sangat asyik. Ya mereka memanglah di dalam dan luar layar, WYLD STALLYNS.
Tapi untungnya aktor lain juga tidak kalah. Sadler tetap super memukau sebagai si malaikat kematian. Walau memang karena usianya yang sudah kepala 7, wajarlah jika porsi perannya di film ini gak terlalu lama.
Namun jujur nih, bagi kami yang paling gak disangka-sangka mencuri perhatian adalah Lundy-Paine sebagai Billie. WOW! Menyaksikan performanya dan juga tampilan wajahnya, bisa dikatakan sutradara Dean Parisot (Galaxy Quest) cs sukes dalam menangani departemen casting-nya. Melihat Lundie, kamipun langsung bagaikan menyaksikan Ted mudanya Reeves.
Sedangkan Weaving sebagai anak Bill, well, dia Samara Weaving ok? Dia keponakan Elrond-nya The Lord of the Rings, Hugo Weaving.
Dan juga, apabila kita telah menyaksikan dirinya di film horor komedi, Ready or Not (2019) dan Guns Akimbo (2019), rasanya kami tak pelru panjang lebar lagi bukan menjelaskan kualitas aktingnya?
Sinematografi
Secara keseluruhan, Parisot menerapkan tampilan kekinian. Baik secara visual, maupun secara feel. Tapi kerennya, ia dan tim, tetap bisa mempertahankan elemen-elemen dasar franchise-nya.
Sehingga seperti yang telah dijelaskan, film ini memanglah masih terasa sebagai film ketiga dari Bill & Ted. Mungkin baru terasa moderen dan futuristiknya, di awal pembuka film dan menjelang ending.
Selain itu memang ada juga beberapa adegan yang kelihatan banget green scene nya. Tapi seriously dudes. Kedua aspek tersebut gak lantas mengurangi kenikmatan kita dalam menyaksikan Face the Music. Ditambah, toh mereka juga sukses menutupi kekurangan tersebut di departemen pakaian dan tata rias-nya yang benar-benar gokil.
Unique
Seperti yang mungkin kamu sudah membaca atau mendengar, Bill & Ted: Face the Music telah dikembangkan selama 10 tahun. Banyak banget halangan dan keraguan yang menerpa proyek ini.
Alhasil sekali lagi, gak heran jika banyak fans yang ragu dengan kualitas film ketiganya ini. Tapi tenang saja guys. Terlepas kamu fans atau baru menyaksikan, film ini sangat fun dari awal hingga akhir.
Mungkin pacing terasa sedikit buru-buru (sedikit loh). Tapi secara keseluruhan masih asyik-asyik saja. Tidak usah memikirkan kelogikaan atau keseriusan, mikir dalam-dalam seperti sedang meneliti skripsi.
Karena seperti kedua film sebelumnya, film ini adalah film chillin’ out dan fun-fun saja. Dan memang konsep inilah yang diterapkan dari awal di serinya ini. Jadi bagi kalian yang butuh tontonan super menghibur, Bill & Ted: Face the Music
bisa banget dijadikan pilihan kalian DUDES!
Dan tak bosan-bosan saya ingatkan untuk follow akun social media kita untuk notifikasi terbaru, tentang konten-konten game dan hiburan ala Skyegrid Media.