
Control adalah game terbaru buatan Alan Wake, pembuat game Max Payne dan Quantum Break. Saya sendiri menghabiskan 13 jam yang penuh petualangan sebelum menurunkan review Game Control ini, menggunakan MSI GE75 Raider 8SG dengan RTX 2080 – nya.
- Alur Cerita
Di game Control ini, Kamu akan bermain sebagai Jesse Faden, dalam usahanya untuk menemukan saudara laki – lakinya, Dylan. Jesse sendiri merupakan sosok dengan karakter penyendiri dengan kemampuan dasar supranatural.
Pencarian membawa Jesse ke Federal Bereu of Control (FBC), sebuah departemen rahasia pemerintah yang ia yakini, menjadi dalang penculikan kakaknya sebagai bagian dari misi, untuk melindungi negara dari fenomena dunia lain.
Tetapi FBC yang berlokasi di gedung New York City dan merupakan The Oldest House, sedang diserang oleh Hiss. Hiss sendiri merupakan entitas jahat yang diceritakan berasal dari dimensi lain, dengan bentuk menyerupai sarang lebah, yang punya kemampuan menginfeksi pikiran tuan rumah, hingga mengikuti kehendaknya.
Karena serangan yang juga mengakibatkan terbunuhnya direktur FBC, Zachariah Trench tersebut, The Oldest House dikunci.
Senjata dinas Trench dengan kemampuan berubah bentuk dan amunisi, jatuh pada Jesse. Hal ini menjadikannya sebagai Controler selanjutnya, dan mengembang tanggung jawab untuk mengumpulkan sisa Biro dan mengakhiri kuncian.
Baca juga: Remedy Ungkap Beragam DLC Baru di Game Control
- Gameplay
Sepanjang jalan, pemain akan mendapatkan kekuatan seperti levitasi dan telekinesis, yang memungkinkan pemain bergerak layaknya SuperMan untuk menjelajahi area baru, dan bertarung dengan cara seorang paranormal.
Game ini penuh dengan scene yang berulang – ulang. Terkadang, tak terlalu membutuhkan usaha keras dengan hanya menekan tombol ‘lari’ terus menerus ala game Super Mario Bros. Tapi kadang – kadang pemain perlu tindakan lain yang sangat melelahkan seperti menghancurkan objek – objek di sekitar menggunakan kemampuan Telekinesis, untuk menemukan sesuatu yang mungkin dibutuhkan selama gameplay.
Dimulai dengan pistol, pemain akan mendapatkan akses ke variasi yang bisa mengubahnya menjadi senapan, charged shoot, peluncur roket, dan sub-machine gun (SMG). Saat digunakan, pemain diberi dua opsi perubahan senjata yang dapat bertukar bentuk. Yang unik, amunisi juga bisa berbagi sekalipun jenis senjatanya berbeda.
Setiap bentuk senjata dapat di-upgrade hingga tiga slot modifikasi,mulai dari tingkat kerusakan, kecepatan reload, keakuratan dan lain – lain. Upgrade didapat dari item yang dijatuhkan musuh atau peti yang kita hancurkan. Karena itulah, sayang sekali jika ada peti yang terlewat untuk dihancurkan.
Ketika persenjataan sudah lengkap, pemain dapat bergerak layaknya Superman (Levitasi). Tapi untuk mencapai kemampuan tersebut bukan perkara mudah. Saya sendiri harus berkali – kali mengulang permainan karena kewalahan.
Sampai akhirnya saya menyadari bahwa saya membutuhkan dasbor dan perisai, untuk mengakselerasi peningkatan cadangan darah dan tenaga.
Peta yang tidak berguna
Mungkin dengan menghadirkan peta, ada maksud khusus yang seharusnya bisa dimanfaatkan pemain. Parahnya, game ini meminta pemain untuk mengumpulkan Item yang bertebaran, untuk menyelesaikan misi.
Tapi sepanjang saya bermain, peta yang disediakan malah cenderung membuat bingung dalam menjelajahi dunia Control yang nyaris tak berujung, serta ditenggarai menjadi pintu untuk dimensi lain.
- Visual Grafis & Audio
Implementasi Ray Tracing dari RTX milik NVIDIA pada game Control ini membuat pencahayaan terlihat alami dan lembut. Membuat visualisasi karakter, terutama saat mode lambat, terlihat indah di mata saya ,- bahkan, melampaui Metro: Exodus. Dengan syarat, hardware yang digunakan mendukung ya.
Hadirnya beragam efek pertempuran, membuat saya cukup takjub saat melihat objek yang hancur, mirip dengan yang saya lihat di Quantum Break. Sobekan kertas di udara, pecahan kaca, hingga panel dinding kayu yang hancur, terlihat bagus dan tajam.
Suara dari senjata dan efeknya cukup baik. Sayangnya, audio latar yang menyertai menurut saya kurang mengesankan dan tak memiliki ciri khas khusus. Terkadang pemain akan mengalami momen tanpa suara, padahal sedang bertarung melawan musuh.
- Unique
Hadirnya peta yang menurut saya kurang berguna dan detail cerita yang di bawah rata-rata, tidak cukup membuat saya kehilangan mood, untuk menyelesaikan misi hingga misteri terakhir.
Berkali – kali mengulang permainan bukan sesuatu yang membosankan di sini. Musuh memang muncul kembali di zona dimana kita meregang nyawa, tetapi makeup dan lokasi mereka tidak dapat diprediksi.
Bagi sebagian orang, harga game ini memang lumayan mahal. Saat artikel review game Control ini rilis, harganya mencapai US$ 22,99 atau sekitar 330 ribu rupiah di Epic Game Store
. Tapi secara keseluruhan, harga tersebut akan terbayar oleh mode pertempuran menghibur yang konsisten, dalam environment dunia yang memukau.
Jika kamu pecinta hal – hal yang berbau supranatural, game bergenre third person shooter ini menawarkan kombinasi gameplay dan kualitas visual yang bagus.