
Action Adventure penuh Nostalgia dan Drama
“Tinju Bintang Utara”, begitulah translasi judul komik versi Indonesia dari Fist of The North Star. Dan sebagai gamer yang tumbuh bersama komik legendaris ini, memainkan game dan menghadirkan ulasan atau review game Fist of The North Star: Lost Paradise ini, seolah jadi prioritas tinggi untuk membangkitkan romansa nostalgia baik bagi penulis, maupun pecinta FoTNS dimanapun berada.
Tidak perlu khawatir, buat para gamer yang belum pernah membaca manga atau menonton serial animasi tinju bintang utara ini, kamu masih akan mendapatkan sajian game action adventure, juga rpg yang keren dan sangat kental dengan suasana game-game Yakuza.
Sebagai informasi, developer dan engine yang digunakan untuk game Fist of The NorthStar: Lost Paradise ini sama dengan yang digunakan game Yakuza. Jadi jika kamu penikmat game Yakuza, tapi ingin merasakan suasana dan cerita yang berbeda, tidak ada salahnya mencoba game ini.
Dan bagi para gamer penggemar “Tinju Bintang Utara”, boleh dikatakan, Lost Paradise ini adalah game adaptasi manga Tinju Bintang Utara terbaik yang pernah ada hingga saat ini. Dan di artikel review Fist of The North Star: Lost Paradise kali ini, akan saya bahas kenapa game ini menurut saya adalah adaptasi terbaik dari versi komiknya. Mulai dari sisi cerita, grafis dan pastinya gameplay yang ada.
Baca juga : Review Deceit – Game Bertahan Hidup yang sarat Tipu – tipu
Alur Cerita
Jika kamu penggemar komik Tinju Bintang Utara, pastinya tahu bahwa komik ini tidak sekedar menjual adegan-adegan perkelahian penuh kekerasan yang “lebay”. Tapi pengarang juga menyajikan drama, romantika perjuangan hidup, persaudaraan, persahabatan bahkan percintaan.
Storyline dari game ini memang tidak 100% mirip seperti komik dan anime-nya. Bahkan cenderung agak jauh berbeda. Tapi menurut saya, masih ada di dalam koridor plot cerita yang sama. Keputusan ini saya rasa memang disengaja untuk menyesuaikan gameplay, sehingga lebih mampu memunculkan sisi drama dan ilustrasi pengalaman hidup di dunia apocalypse melalui interaksi dengan non playable character.
FoNS:LP memilih untuk menjalin cerita berdasarkan alur alternatif. Dimana buat para gamer sekaligus penggemar setia seri FoNS, akan banyak muncul tokoh-tokoh yang kita sudah kenal baik, adegan-adegan monumental yang ada di versi komik, tapi dalam urutan kejadian yang berbeda untuk menjalin sebuah cerita berbeda dari komik aslinya. Jadi buat gamer yang belum pernah menikmati seri FoNS, baik manga maupun anime-nya sebelumnya, walau masih dapat menikmati jalan cerita secara utuh, bonus nostalgianya tidak terasa.
Secara general, cerita ,adegan dan nuansa romantika inilah yang menjadi salah satu alasan kuat mengapa saya ingin cepat menghadirkan review game Fist of the North Star: Lost Paradise untuk pembaca Skyegrid Media khsusunya, hingga penggemar game di seluruh tanah air pada umumnya
Grafis
Dari sisi grafis, menurut saya dan mungkin juga para gamer antusias, memang bukan yang terbaik dibanding beberapa game lain yang sama-sama diadaptasi dari serial komiknya. Misalkan seperti DragonBall Z Fighter yang rilis baru-baru ini. Akan tetapi, FoNS:LP menggunakan style cell shading yang menurut saya, dapat merepresentasikan grafik pada komiknya secara otentik.
Jika kalian, khususnya pembaca komik FoNS masih ingat, style komiknya punya ciri khas guratan tinta yang kasar. Bisa jadi, masalah grafis ini memang disengaja dan bukan keterbatasan teknologi. Terbukti, grafik ini terasa pas dengan cerita dan nuansa yang dibangun dalam game ini.
Agak disayangkan, walau implementasi sudah menggunakan engine yang sama dengan seri Yakuza. Tapi masih dari seri Yakuza kiwami dan bukan dari Yakuza 6 atau Yakuza Kiwami 2. Sebagai informasi, seri Yakuza terbaru sudah menggunakan Dragon Engine. Tapi, sebab masih menggunakan Engine lama, hal positifnya game ini dapat tampil native di 60 FPS pada konsol PS4. Sebagai pay-off, ilustrasi ekspresi dari Kenshiro dan karakter lain, terasa kurang hidup selama permainan.
Disinilah alasan kenapa FoNS:LP bisa dibilang adaptasi terbaik dari game-game seri FoNS sebelumnya, yang hanya terfokus pada keasyikan berkelahinya saja. Engine Yakuza yang digunakan betul-betul dimanfaatkan dengan baik, bukan hanya untuk memproduksi adegan-adegan pertempuran yang sadis bin heboh, tapi juga cutscene-cutscene yang dramatis.
Gameplay
Gameplay FoNS:LP secara umum, sangat mirip dengan seri Yakuza, tetapi bukan berarti ini sesuatu yang buruk, karena sebagaimana combat mechanic di seri Yakuza, mampu menjadi salah satu daya tarik terbesar seri tersebut. Begitu pula yang saya rasakan selama saya me-review Game Fist of The North Star: Lost Paradise ini. Kesaktian Kenshiro, si tokoh utama seri FoNS, dengan jurus-jurus maut tinju bintang utaranya yang heboh bin lebay itu, sangat bisa dinikmati dengan Yakuza engine.
Buat para gamers yang bermimpi untuk menjadi tokoh sakti mandraguna yang bisa membuat tubuh lawan meledak hanya dengan satu pijatan jari, FoNS:LP akan memberikan kamu kepuasan itu dan melipatgandakannya berkali-kali.
Seperti pada seri Yakuza, petualangan Kenshiro dalam FoNS:LP dihiasi oleh segudang side-quest, dari yang serius hingga yang konyol. Side quest ini selain berfungsi memperkuat karakter, juga bisa membuat pemain lebih menikmati universe FoNS:LP dengan bersenang-senang sambil istirahat sesaat dari cerita utama (main quest) yang relatif penuh drama dan lebih gelap.
Dunia dalam FoNS:LP secara design, dibuat terbatas / bukan kategori open world. Namun sepanjang yang saya lihat saat me-review Game Fist of The North Star: Lost Paradise, cukup padat dari sisi aktivitas dan hal-hal yang bisa kita eksplorasi, hingga tidak terasa sempit atau sepi. Walaupun penulis puas dengan side-quest yang variatif dan menghibur, tapi sebagai seorang penggemar komik Tinju Bintang Utara, dan memahami karakter Kenshiro itu seperti apa, kadang tak bisa dipungkiri, ada perasaan kurang “sreg” saat tokoh yang kita kenal, melakukan hal-hal konyol dalam side-quest tertentu.
Mekanisme Gameplay saat battle, menurut saya sih juara. Namun yang cukup disayangkan, terkadang penggerakannya kurang presisi sehingga menyebabkan navigasi kontroller agak kurang responsif saat berjalan (tidak sedang battle). Sedangkan untuk sisi gameplay yang masih kurang maksimal menurut saya salah satunya adalah, saat mengendarai kendaraan ala Buggy di padang pasir. Selain itu, Open World nya saya perhatikan masih terlalu kosong sepanjang permainan. Sehingga bisa menimbulkan kebosanan saat menjelajahi Open World nya, walaupun memang diperlukan untuk pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Audio
Musik dan soundtrack dalam FoNS:LP saya rasakan, berhasil memperkuat suasana yang telah sukses dibangun oleh karakter, cerita, juga suasana dunia dalam hal ini kota EDEN, yang menjadi hub dalam game ini, sebagaimana Kamurocho dalam seri Yakuza.
Musik gitar saat adegan drama, alunan heavy metal saat pertarungan, khususnya suara ketika fight scene, teriakan Kenshiro saat mengeluarkan jurus mautnya, hingga suara remuknya tulang dan pecahnya tubuh. Dengan pengalaman lebih dari 10 tahun mengerjakan game Yakuza yang notabene identik dengan fight scene, developer FoNS:LP pantas disebut berhasil menciptakan suasana melalui sound dan musikn pada game ini. Semuanya begitu pas terajut sehingga menghasilkan pengalaman bermain yang immersif
.
Kesimpulan
Dari segi teknis, selama saya me-review game Fist of the North Star Lost Paradise, secara keseluruhan sangat enak dimainkan. Kontrol battle nya mudah hingga membuat jurus-jurus maut dapat dengan mudah dieksekusi. Hal ini saya rasa membuat kita sebagai pemain, “berasa jadi jagoan”. Dan perlu saya tekankan, melihat tubuh lawan luluh lantak setelah terkena jurus maut itu “tidak pernah membosankan”.
Catatan negatif penulis terkait gameplay antara lain, game ini seringkali “memaksa” kita menonton cutscene yang tidak bisa di skip sebelum masuk gameplay. Jika dalam beberapa sequens kita mati/kalah diantara gameplay tersebut, kita harus ulang dari awal dan menonton kembali cutscene-cutscene tersebut.
Akhir kata, FoNS:LP secara umum adalah game yang keren secara penyajian, seru aksi battle-nya, juga baik dari sisi gameplay maupun cerita yang menghibur. Khusus bagi para penggemar seri FoNS, game ini pastinya punya makna lebih. Sebuah nostalgia sekaligus pengalaman baru yang menyenangkan.
Editor : Rifan Fernando