
Dengan dana sekitar 13 juta rupiah yang ditawarkan unit review MSI GF63 Thin 9RCX ini, menurut saya cukup unik. Selengkapnya, yuk kita ulas lebih lanjut.
Overview
Jika saya perhatikan, MSI GF series thin nampaknya merupakan versi murah dari MSI GS series,- yang punya nilai jual di sisi portabilitas, dengan nilai jualnya yakni ringkas dan ringan.
Tapi tentu saja dengan beberapa pemangkasan di beberapa area. Dan yang paling terlihat pada unit review MSI GF63 Thin 9RCX ini adalah spesifikasi yang mengalami spec-down, juga sisi material.
Sayangnya, saat artikel review ini naik, versi terbaru dari GF63 Thin dengan GTX 1650 saya lihat sudah mulai menampakan ‘batang hidung’-nya. Sebagai info, versi GF63 baru versi i5 + GTX 1650 dijajakan diangka 13,1 juta. Sedangkan versi i7 + GTX 1650, ada dikisaran 16 juta-an.
Sebab itu, harga versi GTX 1050 Ti yang 3 juta lebih murah, cukup jadi alasan untuk kita gali lebih dalam terkait, seberapa pantas laptop ini dipertimbangkan dibanding versi GTX 1650.
Desain

Sayang, SD Card Reader absen
Walaupun banyak penyempurnaan yang dilakukan MSI pada desain produk ini, tapi bagi orang awam yang tidak terlalu memperhatikan perkembangan produk laptop MSI, pasti akan mengira MSI tidak kreatif. Karena secara garis besar, desainnya sekilas identik dengan GL maupun GP series.
GF terlihat mengadopsi desain sasis GS series dengan cover LCD bergaya polos tanpa aura muscle khas GT dan GE series, dan desain workstation yang hadir tanpa Numpad.
Tapi tidak seperti GS series yang terlihat boxy, GF series ini menawarkan lekukan di beberapa bagian sasis. Yang membuatnya terlihat mirip GL series, saat dalam kondisi terbuka.
MSI GF63 menawarkan bingkai LCD dengan lebar hanya 0,8 cm di sisi kiri kanan. Ini membuat laptop ini punya panjang hanya 35,9 cm. Sedangkan lebar sasis yang mencapai 25,4 cm, menjadikan bingkai sisi atas dan bawah masih terlihat kurang kekinian.
Untuk ketebalan sasis yang diklaim hanya 31,8 cm, ternyata angka tersebut dihitung tanpa memasukan rubber-foot. Jika diukur keseluruhan termasuk rubber-foot, total menjadi 32,4 cm.
Bobot laptop ini hanya 1,86 KG dan benar-benar terasa lebih ringan, khususnya jika kita sudah pernah mengangkat laptop gaming 15,6 inch lain. Jika digabung bersama adaptor yang punya berat 600 gram, total berat kedua item ini adalah .1,94 KG termasuk kabel power.
Spesifikasi, Harga dan Opsi Upgrade
Spesfikasi dan Harga
MSI GF63 Thin 9RCX
Main Spec. | MSI GF63 Thin 9RCX |
CPU | 9th Gen Intel Core i7-9750H Processor Hexa Core (12M Cache, up to 4.5GHz) |
Operating System | Windows 10 |
Memory | 1x 8 GB DDR4 2666MHz (up to 32 GB) |
Storage | 256GB M.2 PCIe Gen 3 x2 SSD + (1x 2,5″ SATA slot) |
Display | 15,6” IPS-level 1080p, 60 Hz, 58% sRGB |
Graphics | NVIDIA GeForce GTX 1050 Ti 4GB GDDR5 VRAM |
Input/Output | 3 x USB 3.1 Type-A (Gen1), 1 x USB 3.1 Type-C (Gen1), 1 x 3,5 mm audio out, 1x 3,5 mm Mic-in, 1 x HDMI 1.4, 1x LAN RJ45 |
Camera | HD 720p 30fps |
Connectivity | Wi-Fi 802.11ac 2*2 + Bluetooth 5.0 (Intel 9265) |
Audio | 2 x 2W speakers |
Battery | 51WHrs, 3-cell Li-Polymer |
Dimension | 359 (W) x 254 (D) x 21.7 (H) mm |
Weight | 1,87 KG |
Colors | Black |
Price | Rp12.499.000 |
Walau membekal CPU yang sama dengan seri GS yakni, tapi berbagai spesifikasi dan fitur laptop ini telah mengalami penyesuaian. Paling terlihat, seri GF ini tak menawarkan Killer WiFi juga backlight keyboard RGB. Otomatis, Killer Control Centre dan SteelSeries Engine, absen.
Dengan spesifikasi yang ada, harga MSI GF series ini terbilang unik dan mampu menyihir saya untuk mempertimbangkannya sejenak. Terutama versi i5, yang dibanderol 10 juta-an rupiah.
Sebagai info, Di Indonesia, GF series hadir dalam dua (2) pilihan CPU, i5-9300H dan i7-9750H yang dibanderol 12,499 juta rupiah. Selain perbedaan pada CPU, spesifikasi lain dari dua SKU ini tak ada yang berbeda.
Opsi Upgrade
Dengan dua (2) slot RAM dan sebuah slot 2,5-inch SATA, MSI GF63 Thin menawarkan opsi upgrade yang hampir sempurna. Tapi saya harus akui, desain bottom-cover laptop ini gak sulit untuk dibuka. Untuk kamu yang belum berpengalaman membongkar laptop, saya sarankan mencari bantuan ke pihak yang lebih faham, atau bisa langusng ke service center terdekat.
Workstation
Layar
Panel buatan AU Optronic dengan seri B156HAN02.1 ini merupakan panel lawas (2016) kelas starter berteknologi VA. Sempat bingung dengan profilnya yang cenderung lebih redup, ternyata ini akibat fitur MSI RGB yang aktif.
Secara keseluruhan, panel dengan color space sRGB 58% ini bisa menghadirkan kualitas visual yang seimbang. Contrast dan distribusi brightness-nya cukup nyaman digunakan untuk berbagai skenario dari office hingga gaming.
Lapisan matte-nya cukup membantu saat bekerja diruang yang terang, tapi nilai brightness 275 cdm, tetap belum mumpuni membuat laptop ini diajak bekerja di luar ruangan.
Di bawah LCD, terdapat area kosong di atas papan keyboard yang sayangnya tidak dimanfaatkan, atau sekedar dipermanis-pun tidak oleh MSI. Overall, workstation tampil minimalis dan clean, tanpa hadirnya satupun tombol pintas untuk membuka utility tertentu.
Keyboard & Touchpad
Dengan absennya Numpad, MSI bisa menghadirkan keyboard dengan ukuran keycap dan jarak antar tombol yang proposional. Saya sendiri sangat nyaman menggunakannya, bahkan untuk mengetik dalam waktu lama sekalipun.
Sejauh ini, keyboard pada unit review MSI GF63 Thin 9RCX ini, salah satu keyboard ternyaman yang saya pernah pakai. Dan saya tidak perduli, absennya identitas SteelSeries pada keyboard MSI GF63 ini.
Touchpad hadir sederhana tanpa tambahan border chrome apalagi lapisan kaca khas laptop profesional. Untungnya, sudah mendukung Precision Driver dan bekerja cukup responsif. Sayang lagi, dua (2) tombol kliknya sering bikin kuping saya terganggu.
Performa
Sepintas, MSI melakukan spec-down atas Geforce GTX 1050 Ti dalam unit review MSI GF63 Thin 9RCX ini. Pada GPU-Z terlihat, base-clock-nya hanya 1290 MHz (standar 1493 MHz), dan turbo clocknya hanya 1417 MHz (standar 1620 MHz).

Tapi ternyata, seting tak mengunci GPU clock dan saat saya uji coba menjalankan beberapa benchmark dan game, ternyata GPU clock floating terus menerus hingga lebih dari 1600 MHz. Akibatnya, sistem bolak-balik mengalami power limit throttling.
Selain power limit, temperatur GPU seringkali terlihat mengkhawatirkan sebab seringkali menyentuh 90°C. Akhirnya, kemampuan GTX 1050 Ti-nya saya rasakan tidak konsisten.
Ini memberi kesimpulan bahwa, kata Thin pada SKU laptop ini merupakan kode dari MSI, agar pengguna lebih bisa menerima konsekwensi dari nilai portabilitas yang diberikan laptop ini.
Terkait perbedaan performa antara GTX 1050 Ti pada laptop ini dan GTX 1650 pada seri terbarunya, berikut saya sertakan beberapa hasil pengujian sebagai pembanding.
BF5
GTX 1650 65
GTX 1050 Ti 52
Fire Strike
GTX 1650 9235
GTX 1050 Ti 7786
Time Spy
GTX 1650 2933
GTX 1050 Ti 2365
Secara rata-rata, GTX 1650 unggul sekitar 20 hingga 25% dibanding GTX 1050 Ti,- yang jika dikonversi ke FPS dalam game, gap nya cukup signifikan, mencapai 10 hingga 15 FPS.
Sistem Pendingin
Salah satu pertimbangan calon pengguna memilih laptop dengan spesifikasi gaming sudah pasti adalah sistem pendingin. Dan keputusan MSI menjajakan GF series dengan hanya satu buah kipas, saya rasa akan membuat beberapa calon pengguna, ‘gentar’.
Tapi seperti laptop MSI G series lain, pengguna bisa memanfaatkan MSI Cooler Boost untuk membuat kipas berputar sesuai keinginan kita. Dengan Coolerboost aktif, suhu GPU bisa ditahan di angka 74°C. Konsekwensinya tentu noise jadi sangat tinggi hingga cenderung mengganggu.
Saya pribadi memilih membatasi kecepatan GPU clock GTX 1050 Ti-nya via MSI After Burner, keangka 1575 MHz. Hasilnya, selain sistem tak pernah lagi mengalami Power Limit Throttling, temperatur GPU stabil di angka 73°C. Otomatis, saya tak harus mengaktifkan Cooler Boost lagi.
Lebih detail, simak video review yang kita embed di atas.
Manajemen Daya

Perbandingan power adaptor MSI GF63 Thin (Kanan) VS HP Pavilion gaming 15 (kiri)
GF63 hanya dibekali adaptor berkapasitas 120 Watt, dengan ukuran dan bentuk konvensional yang juga lebih berat dari adaptor 135 Watt bawaan HP Pavilion Gaming 15.
Saat bekerja dengan baterai, saya sarankan kamu menggunakan mode ECO pada Dragon Centre yang sebagai informasi, akan menjaga CPU clock turun ke sekitar 1150 MHz. Dengan mode ECO, laptop ini mampu bertahan 2 jam untuk pekerjaan office dan sedikit multimedia ringan.
Unique
Terkait keterbatasan power adaptor 120 Watt-nya terbilang cukup besar dan berat, serta sistem pendingin dengan satu buah kipasnya, saya pribadi masih bisa memaklumi dan tidak keberatan melakukan sedikit re-configure performa GPU laptop ini.
Dengan 10,999 juta, kita sudah mendapatkan sebuah laptop ber-GTX 1050 Ti, yang sudah cukup superior untuk game-game moderen saat ini. Sebagai info, GTX 1050 Ti punya performa mirip dengan GTX 970M,- yang dizaman-nya, rata-rata ditawarkan 20 juta lebih.
Selama dua (2) minggu saya pakai, GTX 1050 Ti pada unit review MSI GF63 Thin 9RCX ini sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan content creation. Untuk gaming, selama kamu tidak mensyaratkan gaming 60 FPS, atau mau sedikit melakukan penyesuian, saya rasa GF63 Thin 9RCX ini masih bisa diandalkan sebagai gaming PC untuk 2 tahun kedepan.
So, saya merasa belum perlu naik ke GTX 1650,- apalagi dengan ekstra dana 2 hingga 3 juta rupiah. Kalau kamu?