
Bahasan kita di review ROG Zephyrus S GX502GW kali ini akan menghadirkan kelebihan dan kekurangan gaming ultrabook super ringkas ini dari A sampai Z. Check it out!
- Handling – Desain, Dimensi dan Material
Sampai – sampai mengorbankan web-cam, Asus nampaknya super serius mengejar sisi kenyamanan seri Zephyrus S ini. Dengan tebal hanya 1,89 cm dan berat tak sampai 2 KG, tambah lagi, ukuran panjang 36 cm dan lebar 25,2 cm, membuat orang yang melihat, akan menyangka ini laptop 14 inci.
Material
Asus mengkombinasikan tekstur brush aluminum pada LCD cover dan soft-touch untuk area workstation. Tidak ada keluhan untuk tekstur di area LCD cover. Tapi sekalipun Asus telah menambahkan lapisan soft-touch, jejak sidik jari masih bisa terlihat cukup jelas. Ada baiknya, Asus menyertakan kain micro-fiber untuk pengguna mempertahankan clean-look laptop ini.
Magnesium Alloy seringkali menipu karena karakteristiknya yang tipis hingga saat diketuk, mirip seperti bunyi plastik. Untuk membuatnya lebih ringan guna mendukung dimensinya yang sudah ringkas, Asus menawarkan konsep honeycomb dibeberapa area sasis. Seperti misalnya di bawah palm-rest.
Desain memang tergantung preferensi masing – masing. Tapi menurut saya, seri ROG terbaru termasuk Zephyrus S yang didesain lebih ‘classy’, ringkas, simpel, bertujuan menggaet pengguna kelas antusias yang tidak mungkin memilih seri STRIX, dengan segala fitur glamour – nya.
Andai saja charging port dan USB-C 3.2 combo Display-Port – nya ada di bagian belakang, saya berani kasi nilai ‘perfect’ untuk urusan I/O port juga tata letaknya, dalam mendukung kemudahan pengguna.
Juga dari build quality, menurut saya masih terlihat kurang ‘high-class’, itu saja.
- Workstation
Layar
Unit review ROG Zephyrus S GX502GW ini menggunakan panel IPS Level dari AU Optronics 144 Hz dengan seri B156HAN08.2. Mendukung G-Sync dengan akurasi warna 94% sRGB menurut tools Spyder 4 Pro yang Skyegrid Media miliki.
Panel AU Optronics B156HAN08.2 pada GX502GW menawarkan Contrast ration 1260 : 1 yang akan membantu di game – game horor seperti Resident Evil series
Panel yang cocok sebenarnya untuk kebutuhan gaming maupun profesional seperti editing foto, video, atau vektor. Punya brightness yang menurut saya sangat baik, tanpa mengorbankan kontras. Hasilnya, bermain game horor dengan banyak scene gelap, bukan isu menggunakan laptop ini.
Susunan layout workstation pada GX502 ini kembali menghadirkan konfigurasi normalnya sebuah laptop,-kecuali hilangnya web-cam. Tapi Asus menyertakan sebuah eksternal web-cam lengkap dengan bagian penjepit yang bisa membuatnya menggantung di atas LCD, atau duduk di atas meja.
Ukuran key-cap dibuat agak persegi panjang (14×16 mm), solusi untuk efisiensi tempat dan keyamanan.
Bingkai LCD yang menyusut, menjadikan luas area panel C jauh berkurang. Tapi tidak seperti Pavilion Gaming 15 2019 yang saya ulas sebelumnya, Asus memutuskan untuk tidak menggunakan Num-Pad pada Zephyrus S. Hilangnya numpad, menjadikan Asus mampu menghadirkan ukuran key-cap lebih persegi, yang membuatnya terlihat lebih besar.
Ketebalan laptop ini yang hanya 19 mm, menjadikan kedalaman key-travel – nya terbatas. Namun feedback force yang saya rasakan cukup nyaman. Tambah lagi, noise yang timbul selama digunakan mengetik cepat, tergolong minim.
Beberapa tombol dengan fungsi strategis juga dibuat khusus untuk memudahkan pengguna selama in-game. Jika melihat dimensi touchpad, saya harus akui, Asus cukup berhasil mengefisiensikan ukuran papan keyboard untuk membentuk area palm-rest yang luas.
Tidak ada keluhan juga dari Touchpad yang ada. Sekalipun hadir tanpa tombol klik khusus, dan akurasi sensornya bukan yang paling responsif serta akurat.
Kualitas akurasi warna, kontras dan performa layar yang mencapai 3 ms, saya yakin mampu mengakomodasi apapun jenis komputasi yang kita bebankan di laptop ini.
Layout workstation yang kini kembali ke bentuk normal, seharusnya juga akan lebih mudah diterima berbagai kalangan pengguna, bukan hanya gamer.
Overall, Konfigurasi layar, papan keyboard, touchpad hingga ke led indikator Zephyrus S ini masuk kelas VIP
- Fitur
Armoury Crate yang menggantikan ROG Gaming Centre, menurut saya berhasil menjadi sentralisasi hingga pengguna lebih cepat merubah beberapa fitur terkait, termasuk kemudahan online update.
Banyak sekali yang bisa pengguna lakukan dengan Armoury Crate selain memantau keadaan komponen utama dan sistem pendingin. Di sini, pengguna juga bisa mengatur lampu keyboard, mengkonfigurasi audio hingga merubah mode dari Optimus ke G-Sync maupun sebaliknya. Jika diuraikan satu per satu, mungkin butuh satu artikel khusus membahas seluruh fitur Armoury Crate saja.
Hanya sayangnya, fitur Game first pada unit review ROG Zephyrus S GX502GW ini saya perhatikan mengkonsumsi cukup banyak resourse CPU. Jika memang kalian tidak membutuhkan, sebaiknya di uninstall saja. Sebagai info, fitur ini memungkinkan pengguna melakukan manajemen bandwith internet, untuk tiap aplikasi.
Nvidia G-Sync Switch
G-Sync merupakan fitur kelas atas yang memberikan kenyamanan bermain game sesimpel konsol tapi dengan detail grafis terbaik sebuah game. Tapi saat G-Sync aktif, membuat sistem kehilangan kemampuan untuk melakukan efisiensi daya dengan ketidakmampuannya beralih ke Intel HD.
Dengan kemampuan berpindah mode antara G-Sync dan Optimus, pengguna diberi solusi yang adaptif tergantung situasi apa yang sedang mereka hadapi. Nyalakan Optimus untuk kondisi yang banyak menuntut mobilitas, matikan jika membutuhkan performa maksimal dedicated Geforce RTX 2070 – nya.
Saya mencobanya berkali-kali, dan mendapatkan fitur ini bekerja dengan sangat baik. Memang, jika pengguna menggunakan fitur ini untuk komputasi single seperti benchmark, dampaknya tidak terlalu terasa. Namun sangat terasa saat digunakan untuk komputasi massive yang panjang, seperti pekerjaan profesional misalnya.
Harus diakui, masih ada beberapa hal yang harus di perbaiki pada Armoury Crate. Tapi secara fungsi, aplikasi kontrol dan monitoring pengganti ROG Gaming Centre ini memberi banyak kemudahan bagi pengguna.
Paling juara tentu saja kemampuan berpindah mode antara G-Sync dan Optimus, yang belum bisa dicari tandingannya, hingga artikel ini tayang
- Spesifikasi, Harga dan Opsi Upgrade
ROG Zephyrus S datang dengan beberapa pilihan SKU, yang secara garis besar dibedakan oleh chip kartu grafisnya. 502GV untuk SKU dengan RTX 2060 yang dijual di angka 33,999 juta. Dan ROG Zephyrus GX502GW dengan RTX 2070, seperti yang akan saya ulas kali ini, dan punya banderol harga 42,2 juta rupiah.
Perbedaan paling mendasar antara seri Zephyrus dan Strix dari sisi spesifikasi ada pada dukungan Nvidia G-Sync. Jika kalian tidak membutuhkan G-Sync, menurut saya, boleh mempertimbangkan ROG Strix yang ditawarkan dengan harga lebih murah tentunya.
ROG Zephyrus S GX502GW
OS | Windows 10 |
CPU | 9th Generation Intel® Core™ i7-9750H (12 M – 2.6GHz-4.5GHz) |
Display | 15.6″ 1080p IPS anti-glare, 144Hz, 3ms, 100% sRGB |
Pantone® Validated, support Nvidia G-Sync (Manual switch) | |
System Memory | 32GB DDR4 2666MHz, (16GB Onboard) |
Chipset | Mobile Intel® HM370 Express Chipset |
Video Graphics | Intel® UHD Graphics 630 (Supports NVIDIA® Optimus™ Technology) |
NVIDIA® GeForce RTX™ 2070 GDDR6 8GB | |
Storage | 512 GB PCIe SSD (2x M.2 SSD 2280 slots, supports RAID 0) |
Keyboard Type | Per-Key RGB Backlit Keyboard, N-key rollover |
I/O Port | 2x USB-A 3.2 Gen1 |
1x USB-A 3.2 Gen2 | |
1x USB-C 3.2 Gen2 DisplayPort™ 1.4 & Power Delivery | |
1x HDMI 2.0b | |
1x 3.5mm Headphone/Microphone Combo Jack | |
1x RJ-45 | |
1x Kensington Lock | |
1x DC-in Jack | |
VR Ready | Yes |
Audio | 2x speakers with Smart AMP technology |
Array Microphone | |
Sonic Studio III Audio Enhacement | |
Communications | Realtek PCIe Gigabit LAN |
Intel® 802.11ac (2×2) Gigabit Wi-Fi | |
Bluetooth: Bluetooth V5.0 | |
Webcam | Eksternal USB HD Camera |
Software | Armoury Crate, GameFirst V, GameVisual |
Dimension | 360 (W) x 252 (D) x 18.9 (H) mm |
Battery | Li Polymer 94.24Wh |
Adapter | 230 Watt Support Type-C PD 3.0 up to 65W |
Battery | Li Polymer 75.42Wh |
Weight | 2 KG (termasuk baterai) |
Untuk spesifikasi lainnya, kamu bisa lihat pada tabel di atas. Sedangkan untuk opsi upgrade, nampaknya ada beberapa trade-off, yang harus diterima pengguna atas ukuran sasis yang jadi jauh lebih ringkas.
Seperti slot RAM yang hanya satu (1) buah dan absennya 2.5-inch SATA. Tapi menurut saya, sama sekali tidak masalah. Karena sudah ada onboard RAM 16 GB dan slot m.2 PCIe x4 kedua yang siap dikonfigurasi secara RAID 0.
Di sisi spesifikasi, yang menjadikan GX502GW ini worth-to-buy menurut saya adalah keberanian Asus membenamkan RTX 2070 edisi full-performance bukan Max-Q, dalam sasis 19 mm berdimensi mirip laptop 14-inchi.
Tapi mengapa masih ‘berhemat’ dengan mengandalkan SSD Intel 660p di produk dengan spesifikasi kelas atas seperti ini?
- Performa
Setelah mendapatkan hasil benchmark, saya mencoba melakukan komparasi dengan beberapa laptop lain yang memiliki konfigurasi hardware serupa. Kesimpulannya, GPU clock GX502GW yang maksimal di 1768 MHz, membuat skor keseluruhan di PCMark 8 dan PCMark 10, kalah oleh laptop lain yang RTX 2070 – nya, bisa berlari hingga 1920 MHz. Lagi – lagi, saya menyesalkan kapasitas power adaptor yang ‘tanggung’.
Performa yang masih bisa kamu tingkatkan mungkin dari sisi media penyimpanan SSDnya. Standar GX502GW adalah PCIe SSD dari Intel, tepatnya Intel 660p. Dengan berat hati harus juga saya ungkapkan, performa keseluruhan GX502GW bisa lebih ‘kece’ jika dipasangkan SSD yang lebih baik.
Saya juga membandingkan dengan performa laptop gaming seri tahun lalu, yang kebetulan masih satu pabrik–tepatnya ROG Strix Scar II GL704GV RTX 2070.
Memang, ada perbedaan seting antar keduanya. Tapi secara keseluruhan, performa in-game nya tidak berbeda antara Intel core generasi ke-9 ini, dengan versi pendahulunya. Setidaknya, untuk beberapa game yang saya coba.
- Manajemen Daya
Kapasitas power adaptor yang datang bersama unit review ROG zephyrus S GX502GW ini, terbilang sangat pas -pasan. Untuk bermain game kelas berat, yang membutuhkan CPU dan GPU bekerja keras, terlihat sekali keterbatasan suplai daya, membuat GPU clock susah beranjak dari 1490 MHz, saat CPU berlari full-core.
Seandainya power adaptor yang datang berkapasitas minimal 250 watt, RTX 2070 dijamin bisa berlari lebih maksimal. Ingat, yang dibawa laptop ini RTX 2070 non Max-Q.
Menurut HWInfo, RTX 2070 mengkonsumsi daya sekitar 122 watt saat GPU clock mencapai 1810 MHz. Artinya, sudah mengkonsumsi 53,04% sumber daya yang tersedia.
Sedangkan CPU, mengkonsumsi daya 65,9 watt, atau sekitar 28,6% dari suplai daya yang tersedia. Total konsumsi daya keduanya berarti sekitar 188 watt atau 81,6% dari total 100% suplai daya yang ada.
Secara perhitungan awam, masih tersisa 32 Watt kok kena power limit? Perlu diingat, komponen lain seperti LCD 144 Hz dengan 275 nits, PCIe SSD 512 GB, backlit keyboard dan yang lain, juga membutuhkan suplai daya.
Solusinya, ya pengguna harus mawas diri. Entah menurunkan detail grafis dalam game, atau memanfaatkan aplikasi pihak ke tiga seperti ThrottleStop, untuk mengurangi tegangan kerja CPU, agar tak terlalu mengkonsumsi daya.
Dengan baterai 76 Wh, GX502GW mampu bertahan 2 jam 8 menit hingga indikator menunjukan sisa baterai tinggal 15%. Sedangkan di PC Mark 8 Home Conventional Battery Life.
- Sistem Pendingin
Dalam preset sistem pendingin Auto, jujur saya merasa kurang nyaman dengan panas yang menjalar di palm-rest sebelah kiri. Biasanya, Asus selalu berhasil membuat area palm-rest
dan area WASD adem ayem sekalipun bagian pendingin dilanda ‘demam tinggi’. Tapi di GX502GW ini, hal tersebut hanya terjadi jika putaran kipas dibuat 100% secara manual.
Konsekwensinya, suara kipas benar – benar melebihi batas toleransi hingga mungkin sekali pengguna mendapat komplain keras dari teman seruangan, jika memaksa membuat putaran kipas selalu 100%.
Memang, Intel mengizinkan partner mereka seperi Asus, untuk bermain lebih berani dari standar TDP yang telah ditetapkan. Dan Asus membuka seluas – luasnya potensial tiap hardware dalam GX502GW ini, dengan mengandalkan sistem pendingin generasi barunya.
Sudah kita ketahui bersama, secara performa Core i7 generasi ke-9 ini hanya menawarkan clock-speed yang sedikit lebih tinggi dari versi tahun lalu. Berbeda dengan benefit yang bisa diberikan RTX 2070, yang menjanjikan performa 10 ~ 18% lebih kencang dari GTX 1070, dengan konsumsi daya yang sama.
Tidak saya temukan adanya limitasi performa pada unit review ROG Zephyrus S GX502GW ini, selain keterbatasan daya dari power adaptor yang ‘menghakimi’ semua hal terkait kemampuan seluruh hardware dalam laptop ini.
- Unique
Untuk kamu yang sedang menimbang-nimbang sebuah gaming ultrabook baru, tidak bisa dipungkiri, Zephyrus S ini salah satu yang terbaik saat ini, dengan RTX 2070 Max-P – nya. Terlepas dari harga yang mungkin untuk bagi sebagian pihak, bukan yang terbaik.
Dimensi ringkas yang mendukung portabilitas, dengan performa yang masih sangat bisa dimaksimalkan baik dari sisi sumber daya (adaptor), dan sistem pendingin yang bisa diandalkan (upgrade thermal compound), menurut saya adalah sebuah pencapaian besar dalam sejarah gaming ultrabook.
Good Job buat Asus
