
Film yang ditulis dan diarahkan oleh Adam Mason (The Devil’s Chair) ini adalah salah satu film yang berfokus pada situasi COVID-19 saat ini. Sayangnya Songbird salah start dan salah fokus dari awal. Kenapa? Langsung simak review Songbird berikut ini.
Alur Cerita
Berlatar tahun 2024 (wah 4 tahun dari sekarang nih!). Pandemi COVID-19 belum juga mereda. Malah yang ada bermutasi lebih ganas. Kini COVID-19 menjadi COVID-23.
Mutasi terbaru ini bisa menghilangkan nyawanya dalam beberapa hari saja (apalagi kalau sudah parah banget). Melihat keadaan ini, maka tak heran jika pemerintah Amerika Serikat mengetatkan peraturan jam malam (curfew) nya.
Pokoknya kalau sudah lepas curfew dan, tidak bisa memperlihatkan gelang tanda imunitas, maka individu yang melanggar batas jam malam tersebut, akan langsung ditembak atau yang paling “manusiawi”, dilarikan ke zona karantina atau “Q-Camps”.
Adalah Nico Price (KJ Apa) seorang kurir barang yang mengantarkan pesanan (order) klien bos-nya, Lester (Craig Robinson). Ia memiliki kekasih bernama Sara Garcia (Sofia Carson).
Nah suatu hari tante kandung Sara, Lita (Elpidia Carillo), terinfeksi COVID-23. Tidak ingin melihat si tante dan si pacar dikirim ke zona karantina dan dibiarkan mati begitu saja, Nico pun berinisiatif untuk mendapatkan gelang imunitas-nya.
Namun faktanya mendapatkan gelang tersebut susah-susah gampang. Ia harus melewati berbagai macam individu bahkan, salah satu keluarga yang biasa memesan jasa kurirnya, keluarga Griffin.
Dan ternyata adalah Griffin yang memang bisa memberikan pertolongan yang ia butuhkan ini. Walau demikian, tentunya Griffin tidak lantas memberikan gelang imunitasnya begitu saja ke Nico.
Alhasil, Nico pun harus berjuang keras membujuk keluarga yang juga banyak masalah internal-nya ini. Lalu akankah Nico berhasil mendapatkan gelang imunitas-nya dan menyelamatkan Sara & Lita?
Baca juga: Review Unhinged: Klakson Pembawa Maut
Setelah membaca premis tersebut, sepertinya tidak salah bukan jika di judul dan paragraf pembuka, kami mengatakan kalau Songbird salah fokus?
Karena ya dengan premis yang super relevan (walau sedikit dilebih-lebihkan) dan, banyaknya adegan yang sangat inspiratif terkait teknologi-teknologi yang bisa diaplikasikan di dunia nyata di masa pandemi seperti ini.
Semestinya Mason cs bisa lebih berfokus pada plot bagaimana seluruh warga Amerika Serikat bahkan dunia, menerapkan teknologi yang ada untuk bertahan hidup dari COVID-23.
Tak mengapa jika dibumbui drama ada satu karakter menyebalkan yang ingin menguasai teknologi atau elemen yang bisa menyembuhkan atau menyelamatkan nyawa satu dunianya.
Setidaknya memang berfokus pada esensi bertahan hidup dari COVID-23 bukan? Namun yang ada, Mason malah berfokus pada plot konflik keluarga dan plot pria yang rela berkorban untuk pacarnya, layaknya film-film drama romantis atau bahkan, rom-com.
Terdapat juga plot dimana seorang penyanyi wanita bernama May (Alexandra Daddario). Yang mana, untuk menghilangkan kebosanan karantina COVID-nya, selalu mengadkaan live nyanyi di akun medsos-nya dan kemudian, bersahabat dengan salah satu fans-nya yang lebih berumur.
Walau memang plot tersebut persis seperti yang banyak kita alami sekarang, tapi sekali lagi, Mason sudah salah start banget.
Kalau memang ia ingin berfokus pada plot masalah-masalah karakter yang dihadapi bahkan, ada bumbu romantis. Ya dari awal seharusnya sudah memberikan tone demikian. Terlepas memang, situasi dunianya yang menyedihkan.
Bukannya malah dari awal sudah menampilkan atau mengkonsepkan tone depresif nan apokaliptik layaknya seri The Walking Dead atau film 28 Days Later (walau sekali algi film ini tidak ada zombie sama sekali).
Baca juga: Review Honest Thief
Pemeran
Untung saja salah fokus ini masih bisa diselamatkan tidak hanya oleh alurnya yang masih renyah dan gampang dicerna, namun juga oleh akting seluruh aktornya.
Memang sih bukan penampilan yang super masterpiece. Tapi setidaknya, aktor-aktor yang tampil di filmnya (termasuk si veteran, Demi Moore) terlihat niat untuk membaguskan review Songbird ini.
Ya entahlah apakah memang karena alami kecintaan terhadap pekerjaan mereka, atau karena faktor “UUD” (ujung-ujungnya duit) mengingat susahnya kerja di masa pandemi sekarang.
Mau apapun itu tak mengapa deh. Karena apapun motivasinya, yang penting mereka sukses membuat kesalahan yang dilakukan menjadi watchable.
Dari review Songbird ini yang mencuri perhatian ya kedua pemeran utamanya. Apa dan Carson memiliki chemistry yang pas bahkan keren satu sama lain. Keduanya, sukses menampilkan realita yang sama jika kita sudah lama gak ketemu fisik dengan pacar kita.
Moore yang kini sudah 58 tahun, masih keren dan karismatik saja sebagai istri dari keluarga Griffin-nya, Piper. Dan Daddario seperti biasa tetap mencuri perhatian dengan karisma-nya dan kepekaannaya dalam menjalankan porsi peran yang ada.
Baca juga: Review Jiu Jitsu – Sumpah, Membingungkan!
Setting
Dengan plot-nya yang sudah dijelaskan di awal. Maka tak heran jika tampilan film ini benar-benar seperti seri The Walking Dead (walau gak sepi-sepi banget).
Amerika Serikat digambarkan menjadi lokasi yang sudah lumayan poranda. Rata-rata jalanan besar dan fasilitas umum sudah dibiarkan begitu saja tanpa berpenghuni.
Walau memang terlihat dan terasa berlebihan, entah mengapa kami khawatir hal ini bisa menjadi kenyataan nantinya. Terkecuali, jika sebentar lagi kita semua sudah resmi di-vaksin COVID-19.
Walau demikian ya tetap saja, setting ini gak terasa pas dan maksimal dengan arahan akhir yang ditampilkan.
Musik
Mungkin musik disini bisa kita ganti dengan sound atau keseluruhan kualitas audio-nya. Karena kalau alami musik (soundtrack), tidak ada yang istimewa alias biasa-biasa saja.
Namun untuk kualitas audio, WOW. Sangat menggelegar. Padahal film ini bukan film action atau horor. Tapi audio-nya sangat terdengar megah dan keren banget.
Baca juga: Review Unhinged: Klakson Pembawa Maut
Unique
Songbird oh Songbird. Padahal film ini memiliki basis premis yang sangat keren, inspiratif, dan reflektif.
Sayang kesemuanya itu hilang begitu saja karena Mason lebih berfokus untuk mengedepankan elemen problematika yang dialami karakter-nya (terlebih masalah percintaan).
Kalau saja sekali algi, filmnya lebih berfokus untuk menampilkan bagaimana seluruh karakter ini berusaha untuk bertahan hidup dari COVID-nya, dijamin Songbird akan jauh lebih baik lagi.
Plus bagi kami, judul Songbird sangat aneh dan gak pas saja dengan tema film yang diangkat. Tapi ya sudahlah fokus temanya saja sudah kacau bukan? Akhir kata, walau secara keseluruhan review Songbird mengecewakan, tapi film ini masih layak dan cukup menghibur.
Dan tak bosan-bosan saya ingatkan untuk follow akun social media kita untuk notifikasi terbaru, tentang konten-konten game dan hiburan ala Skyegrid Media.