
Bagi kamu-kamu yang masih ragu untuk nonton Tenet, yuk langsung simak saja review Tenet nya berikut ini.
Setelah menunggu semenjak bulan Juli-Agustus 2020, akhirnya kami menyaksikan juga Tenet. Dan ternyata setelah menyaksikan film teranyar dari sutradara jenius, Christopher Nolan (Memento) ini, film ini tidak sesulit / seribet seperti yang dikatakan.
“Hah masa iya? Nolan bukannya memang terkenal membuat kita berolahraga otak banget?” Kalau mau lebih pastinya, yuk tanpa basa-basi lagi, langsung simak review-nya berikut ini.
Baca juga: Review Rogue City
Alur Cerita
Sebelum mengomentari dan menilai poin ini, sesuai judul poin-nya, mari kita ulas sedikit dulu terkait intisari plot Tenet.
Tenet seperti yang mungkin kamu pernah baca juga di unggahan artikel situs, berfokus pada karakter protagonis tanpa nama yang diperankan oleh John David Washington (Monster). Ia adalah seorang anggota operatif CIA.
Setelah melakukan sebuah misi di gedung opera (opera house) di Kyiv, Ukraina, ia ditugaskan oleh organisasi rahasia bernama Tenet untuk mencari dan memusnahkan sebuah peluru dan beberapa objek yang bersifat inverted.
Disuruh untuk dicari dan dimusnahkan agar, seluruh dunia bisa terhindar dari potensi kekacauan global atau lebih spesifiknya, Perang Dunia 3. Alhasil ia dibantu dengan partner-nya, Neil (Robert Pattinson), memulai misi pentingnya tersebut.
Nah kalau kita baca ringkasan plot tersebut, terlihat banget bahwa plot Tenet sangat enteng. Tapi sekali lagi, dari kemarin-kemarin, banyak banget audiens dan bahkan kritikus yang mengatakan kalau film ini “puyeng”, “jlimet”, pokoknya susah deh.
Well, setelah menyaksikan sendiri filmnya yang berdurasi 150 menit ini, jujur kami gak merasakan hal tersebut. Malah yang ada kami paham banget maksud dari cerita ini dan juga, gak merasa jlimet sama sekali ketika nontonnya. Enak-enak saja kok.
Mungkin (mungkin ya) yang merasa demikian, ia tidak suka dengan film-film kompleks dan putar otak sedikit seperti ini atau memang gak paham saja dengan kisahnya.
Karena seperti yang kami katakan di awal paragraf review Tenet ini, kami gampang-gampang saja, enteng-enteng saja. Memang di sekitar 10-15 menit awal kami masih meraba-raba. Namun setelah itu, alur menjadi terasa enak dan malah mebuat kita penasaran banget tiada henti.
Intinya sih, plot Tenet gak ribet tapi, diribet-ribetin sendiri oleh Nolan. Padahal sih menurut kami gak perlu juga sih Nolan melakukan ini. Alhasil membuat keribetan / inovasi nya ini terlihat sangat “gimmicky”. Walau memang di saat yang sama, masih terlihat keren.
Pemeran
Rasa enteng tersebut kian terasa dengan penampilan seluruh aktornya yang benar-benar matang dan komitemen. Dan yang terpenting mereka juga terlihat paham banget dengan visi kisah filmnya.
Washington sebagai si protagonis utama, terlihat sangat tahu apa yang ia lakukan. Ia sangat intens, macho, cerdas, dan karismatik banget seperti si ayah tercinta, Denzel Washington (Training Day).
Ia terlihat sangat nyaman dan menguasai perannya ini. Dan kalau melihat penampilannya, Washington terlihat oke juga apabila nantinya terpilih menjadi agen 007 alias James Bond baru.
Begitu juga dengan Pattinson yang gak hanya terlihat badass dalam melakukan peran action-nya di film ini, namun kita setidaknya sudah melihat “pra Batman” Pattinson.
Bagaimana tidak? Dalam memerankan Neil nya, ia terlihat separuh Bond, separuh Batman, separuh Bruce Wayne. Setidaknya itu sepenglihatan kami. Kombinasinya membuat karakter ini sekali lagi sangat keren.
Mungkin yang agak mengecewakan hanya Kenneth Branagh sebagai villain utamanya, Andrei Sator. Bukannya buruk performa Kenneth. Namun masalah lebih ke penulisan karakter Andrei-nya. Motif serta karakteristiknya sangat biasa banget.
Sudah begitu, Kenenth memang kurang pas saja untuk memerankan sosok villain serius seperti ini. Tapi untungnya ia tetap berusaha semaksimal mungkin.
Setting
Secara keseluruhan feel latarnya terlihat dan terasa moderen tapi tetap terasa ada sedikit unsur klasiknya. Lalu masing-masing obyek lokasinya terlihat sangat padu padan banget dengan kisah yang sedang diceritakan.
Dan yang mungkin akan 50-50 bagi audiens, adalah terlepas film ini melakukan syutingnya di 7 negara berbeda, tapi perbedaan itu tidak terlihat signifikan. Atau dengan kata lain, menjadi satu kesatuan.
Sebagai tambahan asyik saja nih, Tenet melakukan pengambilan gambarnya di 7 negara berbeda yaitu: Denmark, Estonia, India, Itali, Norwegia, Inggris, dan tentunya Amerika Serikat.
Musik
Di Tenet ini, Nolan tidak berkolaborasi dengan kolaborator langganannya, Hans Zimmer (The Dark Knight). Namun ia mempercayakan departemen scoring ke Ludwig Goransson (Creed, Black Panther).
Bukan pilihan yang buruk. Bahkan di adegan pembukanya pun, komposisi scoring-nya sangat pas baurannya dengan adegan pembukanya yang “menggelegar” itu. Tapi masalahnya disini, scoring di film ini gak begitu signifikan.
Musik latar ada hanya sebagai pengisi kekosongan saja. Beda dengan Zimmer di The Dark Knight, Inception, dan Interstellar yang mana, musik menjadi bagian seluruh cerita yang disajikan.
Tapi ya bukan salah Goransson juga. Karena Tenet memang merupakan tipe film yang membuat audiens harus fokus banget ke layar. Sehingga, tidak ada wkatu memang bagi kita untuk merasakan bahkan memadu madankan scoring dengan adegan yang ditampilkan.
Baca juga: Oscar Isaac Gabung di Film Metal Gear Solid Sebagai Solid Snake
Unique
Jadi kesimpulan dari review Tenet seperti yang sudah dikatakan berkali-kali sebelumnya, bukanlah film ribet, puyeng, jlimet, seperti yang kita dengar atau baca.
Tapi ya kalau kamu mungkin merasa demikian, ya itu terserah kalian. Ceritanya memang diribet-ribetin. Namun masih bisa dipahami banget. Terlebih sepanjang film kita terus merasa penasaran dengan setiap detil-detil adegan plot selanjutnya.
Alhasil kalaupun ribet, semuanya akan berlalu begitu saja. Ditambah lagi banyak banget efek-efek visual keren dan gila yang membuat kita berdecak kagum sendiri. Dan yang terpenting lagi, filmnya masih terlihat Nolan banget.
Jadi kalau memang dari awal kamu sudah menggebet untuk nonton Tenet, langsung aja deh tonton guys sehabis baca review Tenet nya ini. Kalaupun yang biasa-biasa saja antisipasinya, juga masih oke kok. Intinya Tenet adalah film yang lezat untuk dinikmati kedua mata dan satu otak kita ini.