
Jika kamu sama dengan saya yang penasaran mengapa tahun 1984 dipilih menjadi seting waktu untuk film ini, di artikel review Wonder Women 1984 kali ini, saya akan coba jawab rasa penasaran itu.
Alur cerita
Film dibuka dengan sedikit flashback saat Diana kecil berkompetisi untuk mendapatkan predikat tentara emas kerajaan suku pejuang wanita Amazon. Di scene ini Diana mendapat pembelajaran sangat penting yang nampaknya terkait dengan asal-usul senjata pamungkasnya, Laso Kejujuran.
Kemudian seting berpindah ke era 1984 sesuai dengan judul film ini. Berbagai gambaran tentang tata kota, perilaku penduduk, hingga berbagai trend yang saat itu ada, bisa kita nikmati di film ini.
Sebagian scene awal juga menghadirkan kisah romatis Diana dengan jelmaan cinta pertamanya, Steve Trevor. Kehadiran Steve tak lepas dari efek sebuah benda ajaib yang menjadi alasan Diana bertaruh nyawa di sequel kali ini
Benda ajaib tersebut ternyata memiliki kekuatan yang amat sangat dahsyat. Diana meyakini, benda tersebut merupakan ciptaan salah satu Dewa jahat yang selalu menginginkan kehancuran umat manusia.
Walau semua penontonnya nanti setuju bahwasanya alur cerita film berdurasi hampir 2,5 jam ini tergolong lambat, saya pribadi merasakan adrenalin selama menonton terus menerus diombang-ambingkan dengan alur cerita berbeda dari scene yang satu ke scene lainnya.
Terkadang mengangkat scene perihal hati dan perasaan, tak lama kemudian beralih ke scene yang menceritakan cita-cita mulia seorang super hero.
Baca juga: Review Film Rogue (2020)
Pemeran
Overall, akting Gal Gadot sebagai Wonder Woman, tentu saja tetap menjadi kekuatan film Wonder Woman 1984.
Galgadot hadir semakin matang memerankan sosok yang sudah sangat melekat dalam dirinya ini sejak awal. Aktingnya, mulai dari cara berdialog dan bertindak, benar-benar menghadirkan sosok Wonder Women yang sebelumnya lebih banyak hadir di alam khayal para pecinta super hero kreasi DC.
Akting Kristen Wiig yang memerankan Barbara, seorang wanita lugu yang akhirnya jadi salah satu karakter yang terlibat dalam hilangnya benda sakti di film ini, juga berhasil mempermainkan emosi saya sekalipun garis nasibnya di film Wonder Women 1984 ini mudah sekali terbaca.
Tapi untuk sosok Max Lord (Pedro Pascal), yang di film ini berperan sebagai “penjual mimpi” ambisius yang menghalalkan segala cara, menurut saya face dan aktingnya kurang memiliki sense of sales.
Mulai dari aksen straight face yang agaknya menjadi karakter bawaannya, hingga saat Ia mengumbar aura kejahatan di scene-scene akhir, akan lebih cocok jika diperankan aktor seperti Jim Carey.
Film ini juga banyak menghadirkan banyak sekali pemeran pembantu dan figuran untuk mendukung suasana kacau saat Max mencapai puncak kekuatannya.
Seting
Sepanjang film, memang banyak dihadirkan nuansa tahun 80an yang bagi sebagian orang termasuk saya, terlihat unik. Saat itu, Amerika memang sedang dalam fase berkembang pesat dengan mulai banyaknya gedung-gedung yang dijadikan Diana sebagai kait tali lasonya.
Beberaoa visual effect yang hadir juga saya perhatikan juga hadir dengan editan yang sangat halus hingga seringkali tak disadari bahwa itu potongan scene yang ditimpah efek. Dengan jam terbang crew yang sudah sangat tinggi, dan pendanaan yang kuat, wajar jika hal tersebut bisa diwujudkan.
Saya sendiri baru tahu, bahwa pesawat siluman sudah ada di tahun tersebut. Dan untuk menghadirkannya dalam film ini, saya masih belum bisa menebak, apakah itu efek, atau film ini benar-benar menyewa pesawat tersebut.
Musik
Scoring khas film-film super heroes DC memang iconic untuk tiap-tiap karakter super hero. Tentu, theme untuk Wonder Woman yang sudah tidak asing di telinga kita, akan kamu sering dengan juga di sini.
Tapi diluar scoring khasnya itu, sang penata musik dan director saya perhatikan bekerja sangat detail. Tata suara dan scoring yang mengiringi sepanjang film tidak pernah miss memberikan nyawa tambahan untuk sisi visualnya.
Baca juga: Review film Honest Thief
Unique
Film super hero umumnya memang menjual pesan moral yang kuat,- siapapun hero-nya. Latar belakang Diana sebagai seorang putri, selalu menghadirkan banyak wejangan-wejangan di film-film Wonder Women. Dan semua dikemas dengan cukup apik lewat alur ceritanya.
Termasuk pesan kemanusian yang sangat mendalam pada filmnya kali ini. Dimana manusia harus punya pertimbangan sangat matang atas apa yang ‘diinginkan’nya. Jangan sampai ego menjadi nafsu yang mengakibatkan keinginannya, merugikan orang lain.
Kecuali tentang pendalaman karakter oleh Pedro Pascal, semua aktor dan aktris di film ini di direc dengan sangat baik. Tapi langsung terbayar dengan keberhasilan semua crew yang sukses mengkombinasikan latar tahun lawas, cerita dramatis, hingga visual yang keren.
Wonder Woman 1984 sangat saya rekomendasikan untuk kamu yang kangen berat pada film genre heroes, apalagi pecinta DC. Saya personal sama sekali tidak menyesali 2,5 jam yang saya habiskan untuk film ini.
Dan, mungkin itu saja yang bisa saya bagikan lewat artikel review Wonder Woman 1984 kali ini. Gimana? penasaran? pastinya donk. Jadi, jangan ketinggal jadwal film ini di layanan streming favorit kamu ya.
Dan tak bosan-bosan saya ingatkan untuk follow akun social media kita untuk notifikasi terbaru, tentang konten-konten game dan hiburan ala Skyegrid Media.